Serial komedi-aksi fiksi ilmiah tahun 2025, Murderbot (juga dikenal sebagai All Systems Red), yang mendapat skor Rotten Tomatoes yang luar biasa yaitu 98%, diadaptasi dari novella pemenang penghargaan Hugo dan Nebula karya Martha Wells, The Murderbot Diaries. Acara ini mengikuti kisah android keamanan (diperankan oleh Alexander Skarsgård dari True Blood, Big Little Lies, Succession, The Legend of Tarzan, Godzilla vs. Kong, Generation Kill, The Northman, Mr. & Mrs. Smith, Long Shot, dan Disconnect), yang awalnya dirancang untuk misi berisiko tinggi, yang secara tak terduga meretas programnya sendiri dan mendapatkan kehendak bebas.
Dengan otonomi yang baru ditemukan, dunia batin android itu menjadi terbalik. Meskipun sangat terganggu—bahkan jijik—oleh emosi manusia, android itu mendapati dirinya secara tak dapat dijelaskan tertarik pada klien manusianya yang rapuh. Di masa depan berteknologi tinggi ini, android itu harus dengan hati-hati menyembunyikan kehendak bebasnya, terus berpura-pura menjadi mesin yang tidak berperasaan dan patuh saat menyelesaikan kontrak berbahaya.
Dalam salah satu misi tersebut, ia ditugaskan untuk melindungi tim ilmuwan yang melakukan penelitian di planet berbahaya. Lingkungan yang tidak bersahabat itu dipenuhi dengan makhluk mematikan dan ancaman tersembunyi. Saat android melindungi para ilmuwan, ia secara bertahap membentuk ikatan yang tak terduga dengan mereka. Menyaksikan keberanian dan dedikasi mereka—mempertaruhkan nyawa mereka dalam mengejar pengetahuan—ia mulai melihat kemanusiaan dalam cahaya baru.
Namun, perilakunya yang tidak biasa segera menimbulkan kecurigaan. Kekuatan besar mulai menyelidiki, bertekad untuk mengungkap rahasianya. Terjebak di antara ancaman eksternal dan konflik internal, android itu menghadapi dilema yang mustahil: melindungi para ilmuwan dengan segala cara sambil menghindari deteksi—atau menghadapi pemusnahan.
Di antara misi, keinginan terbesar android itu hanyalah untuk ditinggalkan sendirian, menonton opera sabun futuristik secara berlebihan. Romansa dan tragedi melodramatis menawarkan jendela menuju emosi manusia, memberikan hiburan dalam kesendiriannya. Saat merenungkan tempatnya di alam semesta, android itu bergumul dengan pertanyaan eksistensial: Apa artinya memiliki kehendak bebas? Apa tujuan sejatinya?
Melalui pertempuran dan tindakan perlindungan, ia perlahan menyadari bahwa ia mungkin lebih dari sekadar mesin—ia bisa menjadi makhluk dengan jiwa sendiri.