EVANGELION:3.0(-46h)

Plot
Di tengah keputusasaan yang mendalam, umat manusia berada di ambang kepunahan, namun secercah harapan masih ada. Midori, yang semangatnya dulu membara kini redup karena peristiwa dahsyat yang telah menghancurkan dunia, mendapati dirinya dalam pencarian putus asa untuk mempertahankan fragmen-fragmen keberadaannya. Dengan kiamat yang membayangi, dia menceritakan pengalamannya selama beberapa tahun terakhir, menyusun narasi sebuah dunia di ambang kehancuran. Semuanya dimulai dengan ingatannya tentang Third Impact yang dahsyat, peristiwa bencana yang dipicu oleh pengejaran sembrono Seele terhadap agenda bengkok mereka. Pemandangan kota yang dulunya ramai, kini menjadi gurun yang sunyi, menjadi bukti kekuatan dahsyat Proyek Instrumentalisasi Manusia. Di dunia baru yang suram ini, keberadaan umat manusia bergantung pada seutas benang, nyaris tidak berpegangan pada kehidupan saat sisa-sisa peradaban berjuang untuk bertahan hidup. Dengan latar belakang kengerian apokaliptik ini, ingatan Midori terungkap seperti teka-teki yang terfragmentasi, setiap bagian menjadi bukti tekadnya yang tak tergoyahkan untuk bertahan. Saat dia menavigasi lanskap berbahaya dari pikirannya sendiri, dia mengingat peristiwa yang membawanya pada keselamatan – tindakan kasih sayang dan kebaikan yang melampaui batas-batas kemanusiaan. WILLE, sebuah organisasi pemberontak yang berdedikasi untuk menggulingkan rezim tirani yang mengendalikan dunia, muncul sebagai suar harapan di saat-saat tergelap Midori. Perjuangan berani mereka melawan pasukan penindas Seele berfungsi sebagai kontra-narasi yang kuat terhadap keputusasaan eksistensial yang mengancam untuk menghancurkan sisa-sisa umat manusia. Saat ingatan Midori menyatu, dia dibawa kembali ke momen penting – momen ketika dia diselamatkan oleh dedikasi WILLE yang tak tergoyahkan untuk melestarikan kehidupan manusia. Dalam operasi yang berani, para pemberontak menyusup ke benteng yang dijaga ketat tempat Midori ditawan, menyelamatkannya dari cengkeraman kehancuran. Sepanjang misi yang intens dan berbahaya ini, anggota WILLE menunjukkan keberanian yang tak tergoyahkan dalam menghadapi rintangan yang luar biasa. Seperti suar di malam hari, mereka menyinari secercah harapan di dunia yang tanpa harapan, sebuah bukti ketahanan umat manusia dalam menghadapi kesulitan yang luar biasa. Saat ingatan Midori tentang peristiwa penting ini memudar ke angkasa, narasinya mengambil perubahan yang menyentuh hati. Dia merenungkan harga kelangsungan hidup, pengorbanan yang dilakukan oleh mereka yang mempertaruhkan segalanya untuk menyelamatkannya. Di lubuk kerentanannya sendiri, dia menyadari makna harapan yang sebenarnya – bukan sebagai janji keselamatan tetapi sebagai komitmen untuk hidup dalam menghadapi keputusasaan yang luar biasa. Sepanjang film, lanskap visualnya adalah kehancuran dan kesedihan. Rona dunia yang dulunya cerah telah memudar menjadi nada monokromatik, mencerminkan keputusasaan eksistensial yang telah mencengkeram umat manusia. Namun, di tengah latar belakang yang suram ini, pecahan warna muncul – tawa seorang anak, cahaya redup matahari terbenam, tatapan bertekad seorang agen WILLE. Momen-momen keindahan yang singkat ini berfungsi sebagai pengingat yang menyentuh hati bahwa bahkan di saat-saat tergelap sekalipun, selalu ada harapan – secercah cahaya yang, meskipun rapuh, menolak untuk dipadamkan. Saat narasi Midori kembali lengkap, ingatan tentang peristiwa yang mengarah pada penyelamatan dirinya oleh WILLE menjadi sangat penting, berfungsi sebagai bukti kuat dari kekuatan abadi semangat manusia. Pada akhirnya, film ini menyajikan eksplorasi kelangsungan hidup, harapan, dan ketahanan umat manusia yang menyentuh hati dan introspektif dalam menghadapi keputusasaan eksistensial. Melalui fragmen-fragmen ingatan Midori, para pembuat film menjalin narasi yang melampaui batas-batas waktu dan ruang, sebuah narasi yang berbicara mengenai kebenaran universal – bahwa bahkan di saat-saat tergelap sekalipun, selalu ada secercah harapan untuk ditemukan.
Ulasan
Rekomendasi
