Five Times Two
Plot
Five Times Two adalah film drama romantis Prancis tahun 2004 yang mengisahkan rumitnya hubungan sebuah pasangan muda melalui perangkat naratif yang unik. Film yang disutradarai oleh François Ozon ini menyajikan peristiwa secara urutan kronologis terbalik, memungkinkan penonton untuk merangkai naik turunnya kisah asmara Gilles dan Marion. Kisah dimulai dengan sebuah pesta makan malam di mana ketegangan terasa begitu nyata saat Gilles mengungkapkan perselingkuhannya kepada Marion. Saat kamera mundur, kita melihat hubungan pasangan tersebut terungkap melalui serangkaian adegan singkat, masing-masing menampilkan momen penting dalam kisah cinta mereka. Kita melihat romansa kilat pasangan itu, ditandai dengan deklarasi penuh gairah dan kebebasan tanpa batas. Kita menyaksikan hari-hari awal mereka bersama, penuh tawa dan kegembiraan, saat mereka menjelajahi Paris dan menavigasi pasang surut masa muda. Namun, seiring berjalannya hubungan mereka, retakan mulai muncul, dan fondasi yang dulu stabil mulai runtuh. Sepanjang film, Ozon secara brilian menggunakan berbagai teknik naratif untuk menyampaikan kerumitan emosi Gilles dan Marion. Penggunaan kronologi terbalik menambah kesan urgensi pada penceritaan, menekankan intensitas dan gairah yang mendefinisikan hubungan mereka. Film ini juga menjelajahi tema cinta, kesetiaan, dan pengkhianatan, menimbulkan pertanyaan tentang sifat komitmen dan keinginan manusia akan koneksi. Seiring berjalannya cerita, kita melihat hubungan Gilles dan Marion dengan orang lain – teman, anggota keluarga, dan bahkan diri mereka sendiri – menjadi semakin rumit. Perjuangan mereka untuk mempertahankan rasa normal di tengah kekacauan emosi mereka sendiri menjadi pengingat yang menyentuh bahwa cinta tidak selalu mudah atau sederhana. Melalui penceritaan yang inovatif dan pengembangan karakter yang mendalam, Five Times Two menawarkan eksplorasi pengalaman manusia yang merangsang pemikiran. Dengan menyajikan peristiwa hubungan Gilles dan Marion secara terbalik, Ozon menciptakan rasa nostalgia dan kerinduan, meninggalkan penonton untuk merenungkan 'bagaimana jika' dan 'mungkin' yang mendefinisikan kisah cinta mereka.
Ulasan
Camille
The problem isn't love itself, but rather these two individuals.
Kaia
Knowing the ending beforehand amplifies the sense of melancholy and helplessness, making everything that came before feel deeply poignant. The structure is reminiscent of Lee Chang-dong, but the pace is slower, and the content is more diluted, resulting in something distinctly French.
Riley
Are online streaming platforms daft? Putting the scenes in chronological order? The director must be face-palming for all that editing effort!
Emma
Narrating a love story in reverse chronology, the film peeks into the emotional shifts between the couple through five pivotal experiences. Every love that ends in discord once had a beautiful beginning. Approaching that initial bliss step by step only makes those who know the ending sigh with regret.
Aurora
The film's reverse storytelling highlights the unspoken sorrows of a relationship, showing how promises remain unfulfilled when love fades.