Looper

Plot
Dalam alam sinematik Looper, penulis-sutradara Rian Johnson menjalin narasi menawan yang tidak hanya mengeksplorasi seluk-beluk perjalanan waktu tetapi juga menggali kompleksitas hubungan manusia dan konsekuensi jangka panjang dari tindakan kita. Film ini berlatar dunia futuristik tahun 2044, di mana gangster telah memanfaatkan jasa pembunuh profesional yang dikenal sebagai "looper" untuk melenyapkan target yang tidak diinginkan. Tugas seorang looper adalah membunuh orang yang dikirim kembali ke masa lalu, memastikan bahwa orang aslinya diurus dan kasusnya ditutup. Protagonis kita, Joe (diperankan oleh Joseph Gordon-Levitt), adalah seorang looper terampil yang beroperasi di Chicago, menggunakan alat yang disebut "grappling hook" untuk menangkap target yang ditutup matanya yang dikirim kembali ke masa lalu. Sebagai hasil dari rutinitas yang ketat, Joe menjadi sangat terampil, membuatnya mendapat bayaran yang besar dan gaya hidup mewah. Hidupnya semakin ditingkatkan oleh kemitraannya dengan mentornya, Abe (diperankan oleh Pierce Brosnan), yang memberikan bimbingan, dukungan, dan pendapatan yang stabil. Namun, kehidupan Joe mulai berantakan dengan kedatangan dirinya di masa depan (diperankan oleh Bruce Willis) – versi dirinya yang tampak tidak pada tempatnya dan lebih agresif. Mafia akhirnya memutuskan untuk menutup 'loop', mengirim Joe yang lebih tua dan kini beruban kembali ke masa lalu untuk diakhiri. Awalnya, Joe yang lebih muda bersedia menjalankan misi tersebut, tetapi ketika versi yang lebih tua mulai menunjukkan tanda-tanda naluri kebapakan dan ingatan dari kehidupannya di masa depan, dia mulai mempertanyakan tujuannya. Salah satu aspek khas dari narasi ini adalah keterikatan emosional antara kedua Joe, meskipun usia mereka sangat berbeda. Seiring berjalannya cerita, menjadi jelas bahwa niat Joe yang lebih tua memiliki banyak aspek, dimotivasi tidak hanya oleh pelestarian diri tetapi juga oleh keinginannya untuk melindungi putranya di masa depan, Cid (diperankan oleh Paul Dano). Transformasi Joe dari seorang profesional yang tidak berperasaan menjadi ayah yang penyayang membentuk tulang punggung narasi, menyoroti pentingnya ikatan keluarga dan pengambilan keputusan yang tak lekang oleh waktu. Sepanjang cerita, masa lalu, masa kini, dan potensi masa depan Joe berpotongan, menggambarkan rumitnya sistem perjalanan waktu yang digunakan oleh para gangster. Dengan mengangkat pertanyaan tentang apa yang menjadi ciri individualitas, mortalitas, dan penebusan, narasi menciptakan ketegangan, ketegangan yang mendorong Joe lebih jauh ke dalam konflik. Film ini juga terkenal karena eksekusi visual dan efek spesialnya. Rian Johnson memberikan perhatian yang cermat pada latar waktu dan suasana periode Amerika pertengahan abad ke-20 yang memudar, menangkap visi kompleks tentang masa depan dystopian yang sangat mencerminkan realitas kita saat ini. Dengan arahannya yang gesit, sutradara berhasil menjembatani kesenjangan generasi antara penonton, sambil menekankan perkembangan plot визуально yang mencolok dan halus yang menggambarkan bagaimana konsep mendasar – perjalanan waktu – dapat membentuk hubungan manusia.
Ulasan
Daphne
After watching it, I felt quite disappointed. It seemed more like a fantasy film than a science fiction one. The story didn't feel sophisticated enough, and there wasn't much to savor afterwards. Bruce Willis really went all out for Xu Qing, and I couldn't help but feel a bit sorry for him, just kidding!
Eva
WHERE'S MY GUN?! If none of you can take out the little twerp who looks like Kevin Tsai, I'll do it myself, goddamn it! What a half-baked scheme!
Amira
In a twisted paradox of time and fate, perhaps the most heartbreaking implication of the film is that Bruce Willis kicks Joseph Gordon-Levitt in the groin, condemning his future self to infertility. It's a grim explanation, perhaps, for why Bruce Willis and Qing Xu's version of their characters never conceive.
Rekomendasi
