Oppenheimer: Kisah Nyata

Oppenheimer: Kisah Nyata

Plot

Kehidupan J. Robert Oppenheimer adalah permadani yang ditenun dari untaian genius, tragedi, dan kompleksitas moral. Lahir pada tahun 1904 dari keluarga Yahudi keturunan Jerman, Oppenheimer tumbuh dalam lingkungan budaya dan intelektual yang memelihara rasa ingin tahu bawaannya dan kecintaannya pada pembelajaran. Kecenderungan terhadap fisika ini pada akhirnya akan membentuk takdirnya, menjadikannya tokoh penting dalam pengembangan bom atom selama Perang Dunia II. Sejak kecil, Oppenheimer terpapar dunia matematika dan sains melalui banyak buku dan jurnal yang dibawa pulang oleh ayahnya, seorang pedagang tekstil. Paparan awal ini menyulut percikan dalam dirinya, yang hanya meningkat saat dia mempelajari lebih dalam ranah fisika selama tahun-tahun akademiknya. Dia menghabiskan waktu belajar di Universitas Cambridge dan Universitas Göttingen, tempat dia diperkenalkan dengan karya Albert Einstein dan Erwin Schrödinger. Pertemuan-pertemuan ini tidak hanya memperdalam pemahamannya tentang fisika teoretis tetapi juga menanamkan dalam dirinya rasa kagum akan kapasitas manusia untuk memahami kompleksitas alam semesta. Kecakapan akademis Oppenheimer membawanya pada posisi sebagai profesor fisika di University of California, Berkeley, tempat ia mulai membuat nama untuk dirinya sendiri di dalam komunitas ilmiah. Penelitiannya berfokus pada mekanika kuantum, dan ia dikenal karena pemikirannya yang tajam dan pendekatan inovatifnya terhadap masalah teoretis. Meskipun demikian, keterlibatannya dalam fisika nuklir menandai titik balik dalam hidupnya, menariknya ke tengah-tengah dunia yang sangat tegang dan sering kali kontroversial. Pada tahun 1942, Oppenheimer didekati oleh Jenderal Leslie Groves untuk memimpin Proyek Manhattan rahasia, yang bertujuan untuk mengembangkan bom atom sebelum Nazi dapat melakukannya. Pengetahuan Oppenheimer tentang fisika nuklir menjadikannya pilihan ideal untuk pekerjaan itu, dan dia menerima tantangan itu tanpa ragu-ragu. Selama dua tahun berikutnya, dia bekerja tanpa lelah bersama tim ilmuwan, insinyur, dan teknisi brilian untuk mewujudkan proyek tersebut. Kulminasi dari upaya mereka datang pada tanggal 16 Juli 1945, ketika Oppenheimer menyaksikan detonasi bom atom pertama di Trinity Site di New Mexico. Ketika awan jamur naik ke langit, Oppenheimer teringat kata-kata Bhagavad Gita: "Jika pancaran seribu matahari meledak sekaligus di langit, itu akan seperti kemegahan Yang Maha Kuasa. Aku telah menjadi Maut, penghancur dunia." Kutipan ini, yang kemudian dikatakan Oppenheimer ia pilih untuk menggambarkan pengeboman Hiroshima, berbicara tentang rasa kagum dan gentar yang mendalam yang ia rasakan ketika ia melihat kekuatan dahsyat bom atom. Akibat dari uji coba Trinity adalah campuran emosi bagi Oppenheimer. Dia merasakan kebanggaan pribadi yang mendalam karena telah berkontribusi pada pengembangan teknologi baru yang kuat, tetapi dia juga dihantui oleh implikasi etis dari menciptakan perangkat yang mampu melepaskan kehancuran yang tak terhitung pada dunia. Ketika berita tentang pemboman Hiroshima dan Nagasaki menyebar, Oppenheimer menjadi semakin vokal tentang perlunya pelucutan senjata nuklir dan kontrol yang lebih ketat atas penggunaan energi atom. Pada tahun-tahun berikutnya, Oppenheimer menjadi advokat vokal untuk non-proliferasi nuklir, bekerja tanpa lelah untuk meningkatkan kesadaran tentang bahaya perang nuklir dan pentingnya pengelolaan yang bertanggung jawab atas teknologi atom. Upayanya ditandai dengan keberhasilan dan kegagalan, saat ia menavigasi jaringan kompleks politik Perang Dingin dan perdebatan ilmiah. Pada tahun 1954, Komisi Energi Atom (AEC) mencabut izin keamanannya, dengan alasan kekhawatiran atas dugaan simpati komunis dan dugaan kesetiaannya kepada Uni Soviet. Keputusan ini merupakan pukulan pribadi bagi Oppenheimer, yang merasa dikhianati oleh komunitas ilmiah yang pernah dia anggap miliknya. Terlepas dari kemunduran ini, dia terus berbicara menentang proliferasi nuklir, bekerja sama dengan tokoh-tokoh terkemuka lainnya seperti Albert Einstein dan Linus Pauling. Sepanjang hidupnya, Oppenheimer tetap sangat berkomitmen untuk mengungkap misteri alam semesta, tetapi pengalamannya pada akhirnya membentuknya menjadi advokat yang penuh semangat untuk tanggung jawab nuklir. Seiring berjalannya waktu, kesehatan Oppenheimer mulai menurun, dan dia meninggal pada tahun 1967. Pemakamannya dihadiri oleh sekelompok kecil teman dan keluarga dekat, tetapi warisannya sebagai fisikawan dan pelopor nuklir telah bertahan lama setelah kematiannya. Film ini, sebuah bukti kehidupan dan kontribusinya, menyoroti kompleksitas seorang pria yang mewujudkan baik keingintahuan intelektual maupun rasa tanggung jawab yang mendefinisikan abad ke-20.

Oppenheimer: Kisah Nyata screenshot 1
Oppenheimer: Kisah Nyata screenshot 2
Oppenheimer: Kisah Nyata screenshot 3

Ulasan