Audisi Sol Roth

Plot
Film ini dimulai dengan Sol Roth, seorang calon aktor, yang dikarantina di apartemennya karena COVID-19. Saat dia mencoba untuk tetap waras, dia menantang dirinya sendiri untuk membuat rekaman audisi yang tidak seperti yang lain. Dia ingin memberikan penghormatan kepada para master akting hebat di masa lalu, yang menggunakan tubuh dan suara mereka untuk menghidupkan cerita tanpa bantuan CGI atau efek khusus yang rumit. Untuk memulai, Sol memutuskan untuk menampilkan monolog klasik dari "A Streetcar Named Desire" karya Tennessee Williams. Dia memilih adegan ikonik di mana Blanche DuBois menggoda Stanley Kowalski, menggunakan kecerdasan dan pesonanya untuk memikatnya ke dalam jaring penipuannya. Penampilan Sol memukau, karena ia menggunakan suara dan tubuhnya untuk menyampaikan kompleksitas emosi Blanche. Dia menangkap esensi karakter, membuat penonton merasa seperti berada di sana dalam adegan bersama Blanche, merasakan keputusasaan dan kerentanannya. Monolog berikutnya yang ditampilkan Sol adalah dari "Hamlet" karya William Shakespeare. Dia memilih solilokui "To Be or Not to Be" yang terkenal, di mana Hamlet merenungkan makna hidup dan mati. Penampilan Sol menghantui, karena ia menangkap melankoli dan introspeksi karakter. Dia menggunakan suaranya untuk menyampaikan gejolak batin Hamlet, membuat penonton merasa seperti berada di posisinya, bertanya-tanya tentang apa semua ini. Saat audisi berlanjut, Sol melanjutkan untuk menampilkan monolog dari "The Glass Menagerie" karya Tennessee Williams. Dia memilih adegan di mana Amanda Wingfield mengenang kehidupan masa lalunya, suaranya meneteskan pesona dan nostalgia Selatan. Pertunjukan Sol memikat, karena ia menangkap esensi karakter Amanda, membuat penonton merasa seperti sedang mendengarkan rahasia dan keinginannya. Monolog berikutnya yang ditampilkan Sol adalah dari "The Importance of Being Earnest" karya Oscar Wilde. Dia memilih adegan di mana Algernon Moncrieff mencoba membujuk Gwendolen Fairfax untuk memberinya kesempatan, kata-katanya meneteskan kecerdasan dan sarkasme. Pertunjukan Sol sangat lucu, karena ia menangkap humor dan pesona karakter, membuat penonton tertawa bersamanya. Saat audisi berlanjut, Sol menampilkan monolog dari "The Crucible" karya Arthur Miller. Dia memilih adegan di mana John Proctor menuduh pengadilan melakukan korupsi dan ketidakadilan, suaranya dipenuhi dengan keyakinan dan semangat. Pertunjukan Sol sangat kuat, karena ia menangkap esensi karakter Proctor, membuat penonton merasa seperti berada di sana di pengadilan, berjuang untuk apa yang benar. Monolog terakhir yang ditampilkan Sol adalah dari "The 25th Hour" karya David Benioff. Dia memilih adegan di mana Monty Brogan mengucapkan selamat tinggal kepada orang-orang yang dicintainya sebelum dia pergi ke penjara, suaranya dipenuhi dengan emosi dan penyesalan. Penampilan Sol memilukan, karena ia menangkap kompleksitas karakter Monty, membuat penonton merasa seperti berada di sana bersamanya, mengucapkan selamat tinggal pada kehidupan yang dia tahu. Sepanjang film, penampilan Sol diselingi dengan bidikan dirinya di apartemennya, membuat rekaman audisi. Dia diperlihatkan sedang berlatih, membuat kesalahan, dan menyempurnakan penampilannya. Film ini difilmkan dalam monokrom yang menakjubkan, yang menambah nuansa minimalis film. Editingnya cepat dan mulus, berpindah dari satu monolog ke monolog berikutnya tanpa jeda. Desain suaranya sempurna, dengan suara dan napas Sol diperkuat untuk membuat penonton merasa seperti berada di sana bersamanya. Saat kredit akhir bergulir, penonton terpukau oleh bakat dan dedikasi Sol. Film ini merupakan penghormatan yang indah untuk bentuk seni akting, yang menunjukkan kekuatan monolog untuk membawa kita ke dunia dan emosi yang berbeda. Ini adalah bukti komitmen Sol pada keahliannya, dan kemampuannya untuk terhubung dengan audiens pada tingkat yang dalam. Audisi adalah mahakarya modern yang langka, yang akan membawa Anda dalam perjalanan di pikiran Anda sendiri saat setiap monolog membuka kunci cerita yang unik.
Ulasan
Rekomendasi
