Soylent Green

Plot
Pada tahun 2022, dunia dystopian yang dilanda kepadatan penduduk, polusi, dan penipisan sumber daya telah menjadi norma. Langit yang dulunya biru kini selamanya diselimuti kabut beracun, dan jalanan kota dipenuhi oleh gerombolan penduduk yang putus asa dan kekurangan gizi. Di dalam lanskap mengerikan inilah Soylent Green, sebuah jawaban yang tampaknya ajaib untuk krisis pangan umat manusia, telah menjadi terkenal. Kisah ini mengikuti Detektif Robert Thorn (Charlton Heston), seorang penyelidik yang lelah dan kecewa yang bekerja untuk Soylent Corporation, penyedia makanan utama untuk massa. Hari-hari Thorn dipenuhi dengan birokrasi yang berbelit-belit dan pekerjaan tulis-menulis yang membosankan, tetapi malam-malamnya dihantui oleh perilaku rekan-rekannya yang semakin tidak menentu dan meningkatnya ketidakpuasan di antara warga. Ketika H.E. Soylent III yang kaya dan tampaknya tidak tersentuh, CEO perusahaan yang karismatik, dibunuh secara brutal di apartemen Penthouse-nya yang mewah, Thorn ditugaskan untuk menangani kasus tersebut. Saat ia mulai menyelidiki pembunuhan itu, Thorn terlibat dalam jaringan intrik dan penipuan yang kusut yang mengancam untuk menjungkirbalikkan semua yang ia kira tahu tentang dunia. Thorn segera menemukan bahwa Soylent Corporation menghadapi kekurangan yang melumpuhkan produk eponimnya, Soylent Green, makanan sintetis pokok yang telah menjadi makanan pokok setiap rumah tangga. Dengan massa yang menuntut lebih banyak, para eksekutif perusahaan Soylent berada di bawah tekanan yang meningkat untuk menjaga agar pabrik tetap beroperasi, berapa pun biayanya. Saat Thorn menggali lebih dalam misteri pembunuhan Soylent III, ia bertemu dengan Shrike (Leigh Taylor-Young), keponakan korban yang cantik dan penuh teka-teki, yang menjadi saksi kunci dalam kasus ini. Melalui percakapan mereka, Thorn menyadari bahwa Shrike lebih dari sekadar keponakan yang berduka – dia adalah individu yang kompleks dan pemberontak yang memiliki pemahaman mendalam tentang dunia Soylent dan rahasia jahatnya. Salah satu orang kepercayaan utama Shrike adalah Sol Roth (Edward G. Robinson), seorang lelaki tua pemarah yang tinggal di rumah susun yang kotor dan miskin dari kelas pekerja. Roth adalah seorang penyintas Holocaust lanjut usia yang memiliki hubungan khusus dengan dunia Soylent dan telah menghabiskan bertahun-tahun meneliti kebenaran di balik produk perusahaan. Saat Thorn, Shrike, dan Roth menavigasi lanskap Kota New York yang runtuh, mereka mengungkap kebenaran yang mengejutkan: Soylent Green tidak terbuat dari campuran plankton dan alga yang tidak berbahaya, seperti yang diklaim perusahaan secara publik, melainkan dari sisa-sisa daur ulang orang mati kota itu sendiri – daging dan tulang dari mereka yang tidak mampu membeli lebih banyak. Kebenaran yang menghancurkan terungkap kepada dunia ketika Sol Roth secara terbuka mencela Soylent Corporation dalam permohonan putus asa untuk menyelamatkan sesama manusia dari sistem yang mengerikan ini. Investigasi Thorn telah mempertaruhkan nyawanya, dan dia sekarang harus menghadapi langsung rahasia kelam dunia Soylent. Saat dia melakukan tawaran terakhir dan putus asa untuk mengungkap kebenaran, dia berhadapan dengan para pemimpin perusahaan Soylent Corporation yang kejam, yang tidak akan berhenti untuk membungkamnya dan mempertahankan cengkeraman mereka pada massa yang tidak menaruh curiga. Soylent Green bukan hanya kisah peringatan tentang masa depan dystopian, tetapi juga kritik pedas terhadap konsekuensi kapitalisme yang tak terkendali, kekuatan birokrasi, dan konsumerisme. Film ini melukiskan gambaran suram dari dunia di mana beberapa orang istimewa mengendalikan narasi dan kehidupan banyak orang, menggunakan sumber daya dan propaganda mereka untuk mempertahankan cengkeraman mereka pada kekuasaan. Penampilan Charlton Heston yang kuat membawa sentuhan kemanusiaan ke lanskap terpencil Soylent Green, saat Thorn berjuang untuk melestarikan apa yang tersisa dari kompas moralnya sendiri di dunia di mana moralitas hanyalah kenangan yang jauh. Penggambaran Sol Roth oleh Edward G. Robinson yang kasar dan tidak sopan menambahkan suara pemberontakan yang sangat dibutuhkan pada narasi, sementara Leigh Taylor-Young bersinar sebagai Shrike yang kompleks dan penuh teka-teki. Di bawah arahan Richard Fleischer yang luar biasa, Soylent Green menjadi film thriller yang mencekam dan menggugah pikiran yang masih beresonansi hingga saat ini, berfungsi sebagai pengingat yang kuat akan bahaya apatisme masyarakat dan pentingnya menolak kekuatan penindasan dan eksploitasi.
Ulasan
Rekomendasi
