Sang Ahli Kaca

Sang Ahli Kaca

Plot

Di sebuah kota tepi laut yang kecil dan indah, terletak di antara perbukitan dan hamparan luas samudra, seorang pemuda yang menjadi ahli kaca magang bernama Elio tinggal bersama ayahnya, seorang pria dengan kasih sayang dan kebijaksanaan yang besar. Ayah Elio adalah seorang ahli kaca ulung, terkenal karena keterampilannya yang luar biasa dalam membuat benda-benda kaca yang indah dan halus yang seolah menangkap esensi dunia di sekitarnya. Kota ini, seperti kehidupan Elio, damai dan tenteram, tempat di mana waktu berhenti dan irama laut adalah satu-satunya suara yang memenuhi udara. Namun, Elio berada di ambang perubahan. Dia akan memulai masa magangnya, sebuah tradisi yang telah diturunkan melalui generasi ahli kaca dalam keluarganya. Ayahnya, meskipun baik dan sabar, adalah seorang mentor yang menuntut, mendorong Elio untuk menguasai seluk-beluk pembuatan kaca, untuk meredam egonya yang rapuh, dan untuk mengembangkan fokus dan dedikasi yang dibutuhkan untuk unggul dalam seni kuno ini. Namun, hidup Elio akan segera terbalik. Berita tentang perang yang akan datang mulai menyebar, membayangi kota. Udara dipenuhi dengan rumor, spekulasi, dan ketakutan ketika penduduk kota bertanya-tanya apa yang akan terjadi di masa depan. Tentara, yang dulunya merupakan ancaman yang jauh, kini tampaknya membayangi cakrawala, kehadirannya terasa dalam bentuk seorang kolonel tentara yang tiba di kota, membawa serta beban otoritas militer. Sang kolonel, seorang pria dengan disiplin ketat dan keyakinan tak tergoyahkan, bertekad untuk mempersiapkan kota menghadapi perang yang akan datang. Dia melihat pabrik kaca sebagai sumber daya yang berharga, yang dapat diubah menjadi alat perang, seperti laras senapan dan selongsong bom. Prospek ini sangat menyedihkan bagi Elio dan ayahnya, yang menghargai seni pembuatan kaca dan perannya dalam melestarikan sejarah dan tradisi kota. Seiring meningkatnya pengaruh kolonel, ketegangan di kota meningkat. Elio mendapati dirinya terpecah antara kesetiaannya kepada ayahnya dan kewajibannya kepada negara. Dia dipaksa untuk menghadapi realitas perang yang keras dan pengorbanan yang harus dilakukan. Konflik antara pendekatan pragmatis kolonel dan nilai-nilai artistik Elio berfungsi sebagai mikrokosmos untuk konflik yang lebih besar, menyoroti jurang yang semakin dalam antara mereka yang menghargai tradisi dan mereka yang menghargai kemajuan. Hubungan Elio dengan orang-orang di sekitarnya juga diuji. Teman-temannya, yang dulunya berbagi kecintaan pada petualangan dan eksplorasi, kini berbisik tentang perang dan bahaya yang ditimbulkannya. Ayahnya, yang selalu menjadi sumber kenyamanan dan dukungan, dipaksa untuk menghadapi kemungkinan kehilangan seni yang dicintainya dan putra yang telah dia ajar. Ketegangan di antara mereka tumbuh, karena Elio semakin frustrasi dengan penolakan ayahnya untuk beradaptasi dengan perubahan keadaan. Saat perang semakin dekat, Elio dihadapkan pada pilihan yang mustahil: bergabung dengan tentara dan berkontribusi pada upaya perang atau tetap bersama ayahnya dan mengambil risiko kehilangan semua yang telah mereka usahakan. Di tengah kekacauan ini, ia bertemu dengan seorang wanita muda bernama Sofia, yang juga berjuang untuk menerima perang. Bersama-sama, mereka menemukan penghiburan dalam kebersamaan satu sama lain, cinta mereka menjadi suar harapan di dunia yang tampaknya bertekad untuk menghancurkan dirinya sendiri. Pada akhirnya, keputusan Elio dibentuk oleh komitmennya pada seni dan ayahnya. Dia memilih untuk tinggal bersama ayahnya, menolak untuk meninggalkan hal-hal yang benar-benar penting baginya. Sang kolonel, bertekad untuk menegaskan otoritasnya, mengancam akan menghancurkan pabrik kaca dan semua yang diwakilinya. Namun, Elio dan ayahnya menolak untuk menyerah, menggunakan seni mereka untuk menciptakan simbol perlawanan, sebuah benda kaca yang mewujudkan ketahanan dan tekad kota. Film ini berakhir dengan nada yang penuh harapan, saat Elio dan ayahnya memandang ke laut, matahari terbenam di atas air. Meskipun perang mungkin akan datang, mereka tahu bahwa mereka akan selalu memiliki satu sama lain, dan bahwa seni mereka akan bertahan, sebuah bukti kekuatan kreativitas dan semangat manusia. Pabrik kaca, yang dulunya merupakan simbol perdamaian dan ketenangan, telah menjadi suar perlawanan, pengingat bahwa bahkan di saat-saat tergelap sekalipun, selalu ada harapan.

Sang Ahli Kaca screenshot 1
Sang Ahli Kaca screenshot 2
Sang Ahli Kaca screenshot 3

Ulasan