The Hours

The Hours

Plot

Laura Brown, seorang ibu rumah tangga yang tinggal di Los Angeles pada tahun 1950-an, berdiri di depan wastafel dapur, menatap keluar jendela saat dia menyiapkan sarapan untuk suami dan putranya yang masih kecil. Saat dia secara mekanis menjalankan tugas-tugas rumah tangganya, pikirannya mengembara ke sebuah novel berjudul Mrs. Dalloway karya Virginia Woolf. Narasi dalam novel itu, pada gilirannya, adalah kisah paralel yang berkisar pada Clarissa Dalloway, seorang wanita kalangan atas yang bersiap untuk mengadakan pesta di London pada malam Perang Dunia I. Saat pikiran Laura dikuasai oleh dunia fiksi, suaminya, Dan Brown, meminta kehadirannya di ruang kerja, mengisyaratkan kekhawatirannya tentang keterpisahannya dari tanggung jawab keluarga. Respons Laura terhadap tuntutan suaminya mengungkapkan keinginan dan frustrasi yang terpendam yang mengancam untuk mencekiknya. Khawatir akan konsekuensi mengecewakan suaminya, Laura memutuskan untuk meninggalkan tugas-tugas rumah tangga, mengurung diri di kamar tidurnya untuk membaca ulang Mrs. Dalloway. Resonansi emosional dari perjuangan Clarissa beresonansi dengan aspirasi Laura yang tidak terpenuhi, semakin memperdalam keputusasaannya. Sementara itu, di masa kini (2001), kita diperkenalkan kepada Clarissa Vaughan, seorang penerbit buku yang sukses, yang sedang bersiap untuk memperingati ulang tahun kesepuluh teman dekatnya, Richard. Saat Clarissa sibuk merencanakan pesta, kenangan masa lalu muncul, melukiskan gambaran persahabatan intens mereka dan pembubarannya karena perjuangan pribadi Richard dengan HIV dan depresi. Clarissa telah mengenal Richard selama lebih dari sepuluh tahun, menyaksikan transformasinya dari seorang penyair yang menawan dan sukses menjadi individu yang sakit-sakitan yang bergumul dengan konsekuensi hidup yang tidak memuaskan. Saat persiapan pesta berlangsung, kerapuhan emosional Clarissa mulai terwujud. Kecemasannya tentang nasib Richard yang akan datang sangat membebani hati nuraninya, dan, merasakan malapetaka yang akan datang, dia berusaha mati-matian untuk merebut kembali esensi dari hubungan masa lalu mereka. Bab terakhir dalam The Hours berkisah tentang Virginia Woolf yang berusia 24 tahun, yang berjuang dengan ketidakstabilan mental, depresi kronis, dan kendala harapan masyarakat. Selama jeda singkat dari tekanan keluarga suaminya, Virginia memulai jalan-jalan di taman, merenungkan hidupnya dan proses penulisan yang menghantuinya. Renungan introspektifnya diselingi oleh ingatan yang jelas tentang keinginannya sendiri untuk kebebasan individu, saat dia mengenang pernikahannya dengan Leonard dan hubungan mereka dengan kelompok Bloomsbury. Seiring perkembangan cerita, hubungan antara ketiga wanita itu mulai kabur, menarik pembaca ke dunia masing-masing. Sementara Clarissa berjuang untuk menemukan makna dalam hidupnya, Laura tetap terpaku pada dunia fiksi Clarissa Dalloway, menemukan rasa kekeluargaan dalam hasratnya yang tertekan. Sementara itu, perjuangan mental Virginia menciptakan kehadiran menghantui yang menggarisbawahi ketegangan antara ekspresi kreatif dan harapan masyarakat. Melalui The Hours, batasan yang memudar antara realitas dan fiksi, menciptakan refleksi pedih tentang pencarian universal manusia akan makna, penemuan jati diri, dan rasa memiliki. Saat kehidupan Laura, Clarissa, dan Virginia menjadi terjalin, narasi menyatu menuju resolusi yang pedih dan pahit. Dalam konvergensi klimaks ini, setiap karakter mulai menyadari saling keterkaitan kehidupan mereka dan mengakui pengorbanan yang mereka lakukan dalam pencarian identitas dan tujuan mereka. Pada akhirnya, momen transenden yang mereka bagikan - meskipun diwarnai dengan melankolis dan kehilangan - memberikan bukti dampak mendalam yang dimiliki sastra wanita terhadap jiwa manusia. Dengan melampaui batasan temporal dan spasial, karakter-karakter The Hours melampaui batasan keberadaan individu mereka, membentuk wasiat kolektif untuk kekuatan ekspresi kreatif untuk menjalin hubungan yang melampaui kehidupan fana.

The Hours screenshot 1
The Hours screenshot 2
The Hours screenshot 3

Ulasan

A

Avery

Dear Leonard, to look life in the face, always. To look life in the face and know it for what it is. At last, to know it, to love it... for what it is. And then, to put it away. Leonard, always the...

Balas
6/18/2025, 2:01:42 AM
M

Molly

Julianne Moore delivers a poignant and deeply moving performance.

Balas
6/17/2025, 2:14:01 PM
P

Phoenix

Nicole Kidman's portrayal of Woolf is deeply immersive.

Balas
6/16/2025, 11:08:12 AM