The King's Speech
Plot
Sebagai putra sulung, Pangeran Albert, Duke of York, menjadi sorotan ketika kakak laki-lakinya Edward VIII turun takhta untuk menikahi seorang janda Amerika, Wallis Simpson. Enggan memikul tanggung jawab, Bertie, begitu ia dikenal oleh keluarga dan teman-temannya, harus menghadapi rasa tidak amannya sendiri dan belajar memimpin negara dalam krisis. Tantangan terbesar Bertie terletak pada masalah gagapnya, yang membuatnya hampir bisu di depan umum. Putus asa mencari solusi, ia beralih ke metode yang tidak lazim, termasuk sesi terapi dengan terapis wicara yang tidak konvensional, Lionel Logue. Saat hubungan mereka yang tidak mungkin berkembang, Bertie mulai terbuka dan menghadapi akar penyebab kegagapannya. Sementara itu, Nazi Jerman memperluas wilayahnya di bawah kepemimpinan Adolf Hitler, yang menimbulkan ancaman terhadap kedaulatan Inggris. Negara itu berada di ambang perang, dan Bertie harus menemukan cara untuk mengumpulkan rakyatnya dan memimpin mereka melewati masa yang penuh gejolak ini. Seiring meningkatnya ketegangan, kepercayaan diri Bertie yang baru ditemukan dan teknik inovatif Logue membantunya mengatasi kegagapannya, membuka jalan bagi transformasi luar biasa dari raja yang tidak pasti menjadi pemimpin yang menginspirasi. Dengan Winston Churchill sebagai penasihat tepercayanya, Bertie menghadapi tugas berat untuk membimbing Inggris melewati masa-masa tergelap Perang Dunia II. Melalui penggambaran yang mengharukan tentang perjalanan Bertie, The King's Speech mengingatkan kita bahwa bahkan individu yang paling tidak mungkin pun dapat menghadapi tantangan besar dan mencapai kehebatan dengan tekad dan ketekunan.
Ulasan
Rosie
Geoffrey Rush: Five stars. Also, I refuse to acknowledge that *thing* was Churchill.
Tucker
This isn't just "The King's Speech," it's "The King's Performance."
Jacqueline
Definitely a Best Picture Oscar winner this year!! Calling it first out of all of China!
Amy
The performances are impeccable. It's a quintessential British film, but perhaps it suffers from a lack of innovation, becoming more of a meticulous exercise in cinematography, editing, dialogue, and visual composition. It didn't resonate with me on a deeply emotional level. The plot can be simply summarized as: how to cure a stutter and then inherit the throne as the younger brother. However, it's worth noting that its biographical nature perfectly aligns with the Academy Awards' preferences in recent years.