The Lovely Bones

Plot
The Lovely Bones, disutradarai oleh Peter Jackson, adalah drama menghantui dan pedih yang menggali kompleksitas kesedihan, penebusan, dan ikatan keluarga yang tak terhapuskan. Berdasarkan novel laris karya Alice Sebold dengan judul yang sama, film ini menceritakan kisah Susie Salmon, seorang gadis pemalu dan imajinatif berusia 14 tahun yang mengalami nasib mengerikan di tangan seorang pembunuh berantai. Kisah dimulai pada suatu sore Halloween yang tenang di kota pinggiran kota Bucks County, Pennsylvania yang indah. Susie, seorang siswa sekolah menengah pertama yang cerdas dan ingin tahu, sedang berjalan pulang dari sekolah ketika dia bertemu dengan Neil Perry, seorang pelaku kejahatan seksual yang tinggal di lingkungan sekitar. Neil, yang memiliki riwayat perilaku kekerasan, menyerang Susie, menyeretnya ke rumahnya di mana dia dibunuh secara brutal. Ketika nasib Susie diketahui, keluarganya jatuh ke dalam kekacauan dan keputusasaan. Orang tuanya, Jack dan Abigail, diliputi amarah, rasa bersalah, dan kesedihan, berjuang untuk mengatasi kehilangan putri mereka. Saudara laki-laki Susie, Conrad, merasa ditinggalkan dan bersalah, bertanya-tanya apakah dia bisa mencegah tragedi itu. Adik perempuannya, Lindsey, terpecah antara cintanya pada saudara perempuannya dan kesedihannya atas rasa sakit yang diderita orang tuanya. Sementara itu, jiwa Susie menemukan dirinya di alam mistis yang dikenal sebagai "antara," tempat jiwa-jiwa menunggu untuk beralih ke alam baka. Saat dia menavigasi lingkungan barunya, Susie bertemu dengan sejumlah karakter yang membantunya dalam perjalanannya. Dia menyaksikan parade jiwa-jiwa yang hilang, menyaksikan mereka menghidupkan kembali momen-momen penting dalam hidup mereka, belajar dari kesalahan mereka, dan sering kali menyelesaikan keinginan yang belum terpenuhi. Di antara roh-roh ini adalah nenek Susie yang telah meninggal, ibu Abigail, yang membimbing Susie di jalannya. Saat Susie mengamati keluarganya dari alam halus ini, dia membentuk hubungan yang kompleks dengan pembunuhnya, Neil. Dia menjadi terpaku pada pria yang merenggut nyawanya, berjuang untuk mendamaikan kematiannya sendiri dengan rasa bersalah pelaku. Melalui serangkaian pertemuan, Susie mengumpulkan masa lalu kelam Neil, termasuk hubungannya yang bermasalah dengan keluarganya dan kebutuhan mendalamnya akan dominasi. Terlepas dari keinginannya untuk membalas dendam, belas kasih dan empati Susie akhirnya menang. Dia memahami bahwa Neil didorong oleh rasa sakit dan keputusasaannya sendiri, dipaksa menjalani kehidupan yang membuatnya kebal terhadap dunia. Seiring berjalannya cerita, Susie menemukan kekerabatan yang tak terduga dengan pembunuhnya, dan, secara paradoks, dia mencari rekonsiliasi daripada pembalasan. Film ini menjalin eksplorasi yang pedih tentang jiwa manusia, menggali sudut-sudut tergelap hati manusia sambil juga menyelidiki potensi tak terbatas untuk cinta, pengampunan, dan penebusan. Seperti yang diungkapkan pengalaman Susie, kesedihan dan trauma dapat mengganggu keluarga dengan cara yang tidak terduga, meninggalkan ketegangan yang belum terselesaikan dan rahasia yang tidak terucapkan. Sepanjang narasi, Peter Jackson menggunakan gaya visual yang unik, menggabungkan keindahan alam yang mencolok dengan suasana menghantui dari alam supernatural. Penggunaan warna musim gugur yang cerah dan sinematografi yang jernih menggarisbawahi kontras antara pinggiran kota Amerika yang indah dan realitas kejam dari kejahatan. Saat kisah Susie mendekati akhir, narasi beralih kembali ke yang hidup, menunjukkan bagaimana berlalunya waktu perlahan-lahan, secara bertahap melepaskan kesedihan dan rasa sakit yang telah mencekik keluarganya. Saat keluarga mulai sembuh, Susie menemukan penerimaan di alam baka, mengetahui bahwa ceritanya memiliki dampak yang mendalam pada orang-orang yang dicintainya. Pada akhirnya, The Lovely Bones adalah drama visceral yang menggugah pikiran yang menantang penonton untuk menghadapi aspek tergelap dari sifat manusia. Dengan menjelajahi kompleksitas kesedihan dan penebusan, film ini pada akhirnya mengungkap potensi tak terbatas untuk pengampunan dan penyembuhan yang ada di dalam diri kita semua.
Ulasan
Jack
Here's a possible translation of your request into English, tailored to the kind of review you'd expect for "The Lovely Bones": **Option 1 (Focus on the film's impact):** "The Lovely Bones" leaves you with a profound wish for a long and happy life, not just for yourself, but for everyone robbed of the chance. It's a stark reminder of life's fragility and the enduring power of hope. **Option 2 (More directly relating to the deceased character):** Watching "The Lovely Bones," you can't help but wish for Susie Salmon, and all those like her, the long and happy life they were denied. The film is a poignant testament to the preciousness of that gift. **Option 3 (If you want to be more poetic):** "The Lovely Bones" evokes a deep longing – a wish for a lifetime of happiness that Susie never had. It's a film that lingers, making you cherish every moment and reminding you of the importance of a life fully lived.
Lillian
Protect your daughters at all costs...
Julian
That Asian girl really looks like Mo Xiaobei.
Bella
Given the minimal nature of "庸俗电脑壁纸大集合," and without further context about the specific sentiment or visual style being implied, several options exist for its translation. Here are a few, catering to different potential interpretations: **Option 1 (Literal-ish, emphasizing tackiness):** "A Collection of Cheesy Computer Wallpapers" **Option 2 (Focusing on being low-quality/unsophisticated)** "A Collection of Tacky Computer Wallpapers." **Option 3 (Slightly more descriptive):** "A Cliché-Ridden Collection of Computer Wallpapers"
Valerie
A timid adaptation that just provokes anger. "The Lovely Bones" is like a beautiful work of art, pretty as it is, but ultimately a lifeless object.
Rekomendasi
