Ketika Marnie Ada di Sana

Plot
Berlatar belakang pedesaan Jepang yang tenang, 'Ketika Marnie Ada di Sana' adalah kisah dewasa yang mengharukan dan menggugah pikiran yang dengan cermat menjelajahi kompleksitas masa remaja, identitas, dan hubungan manusia. Film ini, disutradarai oleh Hiromasa Yonebayashi dan diproduksi oleh Studio Ghibli, dengan ahli menjalin narasi yang merupakan perenungan kontemplatif tentang emosi dan eksplorasi yang sangat pribadi tentang perjuangan batin protagonis. Kisah ini dimulai pada tahun 1960-an, dengan Anna Sasaki, seorang gadis remaja yang tertutup dan mati rasa secara emosional yang dikirim untuk tinggal bersama keluarga Matsuzaki di kota pedesaan Kamakura. Didiagnosis dengan kondisi jantung, Anna dipaksa menghabiskan musim panasnya di tepi laut, jauh dari batas-batas kehidupan perkotaannya di Tokyo. Kerabat barunya, dengan sifat hangat dan penuh kasih sayang, berusaha membuat Anna merasa seperti di rumah, tetapi upaya mereka mendapat perlawanan. Keterasingan Anna berasal dari penekanan emosional yang mengakar dalam, yang lahir dari trauma emosional masa lalunya. Orang tuanya, meskipun penyayang, berjauhan, dan mereka sering membahas pentingnya menjaga kedudukan dan penampilan sosial. Akibatnya, Anna telah belajar untuk menekan emosinya sendiri, yang menyebabkan rasa hampa dan keterputusan. Perasaannya menjadi semakin kabur, dan dia berjuang untuk mengartikulasikan emosinya, yang menyebabkan rasa isolasi dan keterputusan dari orang-orang di sekitarnya. Saat Anna menetap di lingkungan barunya, dia mulai mengembangkan hubungan intim dengan seorang gadis mistis bernama Marnie – seorang gadis yang tampaknya muncul dan menghilang sesuka hati. Pertemuan mereka terjadi di dalam koridor labirin sebuah rumah mewah bergaya Inggris yang menakjubkan, tempat Anna dan Marnie menghabiskan waktu berjam-jam menjelajahi kamar-kamar yang runtuh dan bertukar momen-momen lembut dan intim. Marnie, dengan senyumnya yang menawan dan energi yang tak terbatas, adalah antitesis sempurna untuk watak melankolis Anna. Namun, keberadaan Marnie bukannya tanpa ambiguitas, dan diserahkan kepada penonton untuk merenungkan apakah dia adalah produk imajinasi Anna atau entitas nyata. Seiring berjalannya musim panas, Anna menjadi semakin terjerat dalam hubungannya dengan Marnie, berjuang untuk membedakan antara kenyataan dan fantasi. Melalui interaksinya dengan Marnie, Anna menghadapi emosi terdalamnya dan secara bertahap mulai mengakui kerentanannya sendiri. Hubungan Anna dan Marnie berkembang melalui serangkaian pertemuan sementara, di mana mereka membahas impian, aspirasi, dan kompleksitas kehidupan masing-masing. Kehadiran Marnie membangkitkan diri emosional Anna yang tertekan, dan gadis itu mulai menghadapi gejolak batinnya. Saat ikatan mereka menguat, Anna mulai mengungkap misteri seputar keberadaan Marnie, dan emosinya sendiri menjadi terjalin dengan gadis mistis itu. Salah satu aspek film yang paling mengharukan adalah penggambaran sifat masa kecil dan remaja yang singkat. Saat musim panas mendekat, Anna dipaksa untuk menghadapi kenyataan meninggalkan Kamakura dan kehidupan yang telah dia bangun bersama keluarga Matsuzaki. Marnie juga menghilang secepat dia muncul, meninggalkan Anna dengan perasaan disorientasi dan keterputusan. Dalam klimaks film yang pedih, Anna kembali ke Tokyo, lanskap emosionalnya selamanya diubah oleh pengalamannya dengan Marnie. Meskipun dia tampaknya kembali ke dirinya yang lama, Anna, pada kenyataannya, telah berubah. Pertemuannya dengan Marnie telah meretakkan baju besi emosionalnya, dan dia sekarang siap untuk memulai perjalanan penemuan dan pertumbuhan diri. 'Ketika Marnie Ada di Sana' adalah mahakarya sinematik yang menawarkan penggambaran bernuansa tentang emosi remaja dan kerapuhan hubungan manusia. Arahan film yang ahli dan animasi yang indah membangkitkan rasa pesona, membawa pemirsa ke dunia ketenangan dan mistik. Meskipun narasinya mungkin menentang interpretasi, pesan film ini tidak salah lagi: bahwa kompleksitas emosi manusia hanya dapat benar-benar dipahami dan diakui dengan merangkul kerentanan dan ketidaksempurnaan kita sendiri. Saat kredit bergulir, pemirsa dibiarkan dengan rasa kontemplasi yang mendalam, merenungkan kekuatan abadi dari hubungan manusia dan ketahanan semangat manusia.
Ulasan
Vincent
Without understanding Japanese, I watched the film alone. Originally wanted to quip, "Is this a yuri film?" But after learning the gentle truth, a single tear fell. Watching this wondrous tale unfold in Hokkaido, while being in Hokkaido myself, my affection for this land has probably deepened.
Lydia
Every lonely person has knots in their heart that seem impossible to untie, but once spoken and resolved, they simply dissipate like smoke... Hiromasa Yonebayashi's works are always brimming with a girlish sensibility, like a gentle stream carrying a faint sorrow... An interesting narrative, a delicate and touching work, you won't be disappointed if you patiently watch until the end... The ending theme song is truly beautiful...
Grace
The sniffling to my left and the nodding-off to my right pretty much sum up this movie.
Ivan
Judging from the trailer, I knew Studio Ghibli's "yuri" (lesbian undertones) wouldn't lose out to Disney's! (And they both have an Anna!) After watching the full film, I realized it's not "yuri" at all, but rather the most un-Ghibli-like Ghibli film ever! And it's a very pleasant surprise to see Hiromasa Yonebayashi's ability to progress and innovate!~ Now I'm off to read the original novel!
Jacqueline
When the person she loves turns out to be her grandmother, the complex emotions one might expect are distilled into tears of happiness. It's not simply reducing affection to familial love, but rather, combined with Anna's previous resentment over the early death of her relatives, it expresses a "I'm so glad I can meet you again" sense of bliss. This dual meaning of adoration makes it even sweeter and more beautiful than a simple yuri relationship.
Rekomendasi
