Eskalator dalam Tatanan Dunia

Plot
"Eskalator dalam Tatanan Dunia" adalah film dokumenter yang sangat pribadi dan introspektif yang disutradarai oleh Hwang Dong-hyuk, seorang pembuat film Korea terkenal. Film ini merupakan eksplorasi pedih ke dalam jalinan rumit masyarakat Korea dan hubungannya yang kompleks dengan dunia luar. Melalui perpaduan rekaman arsip yang luar biasa dan citra yang menyentuh, Hwang melukis potret jelas perjalanan Korea menuju modernitas, menjalin narasi yang berakar kuat di masa lalu negara itu dan sangat relevan dengan masa kininya. Seperti yang disarankan judulnya, "Eskalator dalam Tatanan Dunia" mengacu pada ungkapan umum dalam bahasa Korea, yang diterjemahkan menjadi terjebak dalam siklus kemajuan tanpa akhir tanpa pernah benar-benar mencapai tujuan seseorang. Tema ini bergema di seluruh film, karena melihat secara bernuansa cara Korea Selatan telah berubah selama bertahun-tahun, dari era pasca-pembebasan hingga masyarakat hiper-modern yang ada saat ini. Dokumenter ini dimulai dengan gambar-gambar masa lalu Korea yang penuh gejolak, menampilkan rekaman dari Perang Korea, diikuti oleh perjuangan dahsyat tahun 1960-an dan 1970-an. Adegan-adegan ini diselingi dengan wawancara dengan orang-orang Korea yang lebih tua yang berbagi kisah pribadi mereka tentang kesulitan, ketekunan, dan perjuangan. Narasi ini tidak hanya memberikan catatan langsung tentang peristiwa-peristiwa kacau pada masa itu, tetapi juga menggarisbawahi ketahanan dan kemampuan beradaptasi masyarakat Korea. Saat film beralih dari masa lalu ke masa kini, Hwang menyajikan serangkaian kontras yang mencolok, menyoroti kemajuan ekonomi dan sosial yang luar biasa yang telah dicapai Korea dalam beberapa dekade terakhir. Dari gedung pencakar langit yang berkilauan di distrik keuangan Seoul hingga pusat perbelanjaan yang berkilauan dan budaya hiper-konsumen Korea kontemporer, jelas bahwa negara itu telah memasuki era baru kemakmuran dan pembangunan. Namun, kemakmuran yang baru ditemukan ini juga disandingkan dengan kecemasan dan kekecewaan masyarakat modern. Film Hwang menyentuh isu-isu ketimpangan sosial, korupsi, dan kesenjangan yang semakin besar antara yang punya dan yang tidak punya dalam masyarakat Korea. Dia juga meneliti cara-cara di mana dorongan Korea yang tak henti-hentinya untuk maju telah menyebabkan hilangnya identitas budaya dan terputusnya dari sejarah negara yang kaya. Salah satu aspek yang paling menarik dari "Eskalator dalam Tatanan Dunia" adalah penggunaan rekaman arsipnya, yang memberikan koneksi visceral ke masa lalu. Hwang menjalin permadani yang kaya akan gambar dan suara, menciptakan narasi sinematik yang informatif dan sangat mengharukan. Penggunaan film rumahan, berita, dan foto pribadi dalam film menambah sentuhan keintiman dan aktualitas, menarik penonton ke dalam dunia film dan menjadikannya peserta dalam narasi. Di sepanjang film dokumenter, Hwang juga mengeksplorasi konsep "AS," sebuah frasa yang sering digunakan dalam bahasa Korea untuk menggambarkan Amerika Serikat dan, dengan perluasan, cita-cita modernitas Barat. Konsep ini dipandang sebagai sumber inspirasi dan sumber kecemasan, karena orang Korea berjuang untuk menyeimbangkan keinginan mereka untuk kemajuan dan kemakmuran dengan rasa identitas budaya yang mendalam. Film ini pada akhirnya menimbulkan pertanyaan tentang makna kemajuan dan biaya pembangunan yang sebenarnya. Seperti yang ditunjukkan oleh film dokumenter Hwang, pengejaran pertumbuhan dan efisiensi yang tak henti-hentinya telah menyebabkan masyarakat yang semakin terputus dan tidak manusiawi. Film ini berakhir dengan nada menghantui, dengan gambar eskalator yang berkilauan, melambangkan siklus kemajuan tanpa akhir tanpa pencapaian sejati. "Eskalator dalam Tatanan Dunia" adalah film dokumenter yang sangat pribadi dan menggugah pikiran yang menantang pemirsa untuk memikirkan kembali asumsi mereka tentang sifat kemajuan dan pembangunan. Melalui penggunaan rekaman arsip yang luar biasa dan citra yang menyentuh, film ini menyajikan potret bernuansa dari perjalanan kompleks Korea menuju modernitas, mengundang pemirsa untuk merenungkan biaya keberhasilan yang sebenarnya dan nilai melestarikan identitas budaya di dunia yang semakin mengglobal.
Ulasan
Rekomendasi
