As the Gods Will

Plot
Di tengah hari sekolah yang biasa saja, siswa SMA Shun Takahata duduk di halaman, menatap kosong ke angkasa dengan perasaan monoton menyelimuti dirinya. Teman-teman sekelasnya terlibat dalam percakapan sehari-hari yang datar, tetapi pikiran Shun melayang ke hal-hal yang jauh lebih menarik. Ia sangat menginginkan perubahan, sesuatu – apa pun – yang bisa memecah kebosanan yang telah menjadi kehidupan sehari-harinya. Secara iseng, Shun memutuskan untuk membuat permintaan, praying agar kegembiraan masuk ke dunianya. Shun tidak tahu, doanya akan terkabul dengan cara yang paling tidak terduga. Saat hari menjelang berakhir, para siswa berbaris masuk ke gimnasium sekolah untuk pertemuan usai sekolah. Guru wali kelas mereka, Nyonya Nishida, berdiri di depan, menatap para siswa yang berkumpul dengan ekspresi aneh. Shun merasakan suasana yang janggal dan tidak menyenangkan di udara tetapi tidak dapat memastikan alasannya. Ini bermula dengan kedatangan boneka Daruma yang kecil, dirancang dengan rumit, dan dapat berbicara. Wajah boneka yang berwarna merah dan putih cerah itu seolah menyeringai pada para siswa saat berbicara kepada mereka dengan suara yang membuat bulu kuduk merinding. Boneka itu mengumumkan serangkaian aturan dan hukuman aneh yang akan mengatur aktivitas siswa untuk masa mendatang. Menurut boneka itu, para siswa akan dipaksa untuk berpartisipasi dalam serangkaian permainan anak-anak yang mematikan. Mereka akan diberi nomor acak dari 1 hingga 10, dan tantangan apa pun yang datang dengan nomor itu, harus mereka hadapi. Siswa mana pun yang gagal mematuhi akan dihukum berat. Shun bingung, skeptis, dan semakin ketakutan saat boneka Daruma melanjutkan pengumuman bergaya “game show” yang gila. Ia melirik sekeliling ruangan, mencari kepastian dari teman-teman sekelasnya, tetapi mereka tampak sama bingungnya dan ketakutannya seperti dirinya. Angka-angka terungkap, dan permainan dimulai. Para siswa dibagi menjadi kelompok-kelompok kecil, diberi nomor masing-masing, dan dilepaskan ke lapangan bermain. Shun menemukan dirinya berpasangan dengan teman-teman sekelasnya, termasuk siswa populer bernama Akane dan seorang anak laki-laki pendiam bernama Eiri. Saat menjelajahi dunia permainan yang berbahaya itu, Shun dan teman-temannya menghadapi berbagai makhluk menakutkan, semuanya dirancang untuk menguji keterampilan, keberanian, dan kerja tim mereka. Mereka berhadapan dengan Maneki-Neko (atau kucing keberuntungan Jepang) bercakar tajam, yang penampilannya yang tampaknya tidak berbahaya menyembunyikan keganasan brutalnya. Mereka harus mengakali “Oicho-Kabuto” yang menyeramkan dan sadis – helm iblis dengan kecenderungan manipulasi psikologis. Sepanjang cobaan ini, Shun berjuang untuk menerima dunia sureal yang kini ia huni. Ia berpegang teguh pada teman-temannya dan harapan rapuh yang mereka representasikan, bahkan saat jumlah korban terus bertambah dan taruhan semakin mengerikan. Satu per satu, siswa menyerah pada kehendak kejam permainan. Beberapa dihancurkan oleh cakar maut Maneki-Neko, sementara yang lain dilahap oleh siksaan mental Oicho-Kabuto. Shun dan teman-temannya berusaha sekuat tenaga untuk beradaptasi, bertahan hidup, dan menemukan jalan keluar dari mimpi buruk yang mengerikan ini. Saat permainan berlanjut, ejekan dan provokasi boneka Daruma menjadi semakin sadis. Para siswa mulai saling menyerang, didorong oleh keputusasaan, ketakutan, dan rasa putus asa yang semakin besar. Shun menyadari bahwa mereka tidak lagi memiliki kendali – permainan memanipulasi mereka, memaksa mereka membuat pilihan mustahil yang akan menyebabkan kehancuran mereka. Pada akhirnya, bukan permainannya yang mengubah Shun, melainkan pengalaman itu sendiri. Cobaan yang dihadapinya, teman-teman yang ia kehilangan, dan perjuangan putus asa untuk bertahan hidup semuanya meninggalkan jejak yang tak terhapuskan dalam jiwanya. Siswa SMA yang dulunya bosan itu muncul dari dunia apokaliptik ini selamanya berubah – seorang pemuda yang terluka oleh kengerian yang telah ia saksikan, tetapi juga ditempa oleh pengalaman menghadapi ketakutan terbesarnya dan menemukan keberanian untuk melanjutkan hidup.
Ulasan
Rekomendasi
