Channeling

Channeling

Plot

Channeling mengikuti kisah Jamie, mantan influencer media sosial yang berjuang untuk mendapatkan kembali ketenarannya secara daring setelah skandal publik mencoreng reputasinya. Dia kembali ke kota kelahirannya, Newbury, Massachusetts, dengan maksud membangun kembali kariernya dan berhubungan kembali dengan akarnya. Namun, Jamie segera menemukan bahwa kota kelahirannya telah menjadi sarang budaya media sosial, dengan banyak penduduknya menggunakan kehadiran daring mereka untuk mendapatkan validasi dan pengakuan. Saat Jamie menavigasi lanskap baru ini, dia bertemu Luna, seorang wanita muda yang karismatik dan blak-blakan yang telah menjadi sensasi lokal dengan menyiarkan kehidupannya di media sosial. Unggahan Luna telah menjadikannya sosok yang dicintai di masyarakat, membuatnya mendapatkan kekaguman dan iri dari banyak orang. Terlepas dari latar belakang dan kepribadian mereka yang kontras, Jamie dan Luna membentuk persahabatan yang tidak mungkin, dengan Jamie melihat Luna sebagai cerminan dari aspirasinya sendiri dan Luna memandang Jamie sebagai mentor dan panutan. Saat mereka menghabiskan lebih banyak waktu bersama, Jamie tertarik ke orbit Luna dan menjadi semakin terpikat oleh kepribadiannya yang karismatik. Luna, pada gilirannya, terpesona oleh perjuangan Jamie untuk menemukan tempatnya di dunia dan tekadnya untuk merebut kembali ketenarannya secara daring. Saat mereka menjelajahi kompleksitas hubungan mereka dengan media sosial, mereka mulai mempertanyakan biaya sebenarnya dari persona daring mereka. Melalui kisah Jamie dan Luna, film ini menggali efek psikologis dari hidup di dunia di mana setiap momen adalah potensi unggahan, setiap interaksi adalah potensi swafoto. Ini mengungkap tekanan mempertahankan citra daring yang sempurna, kebutuhan konstan akan validasi dan perhatian, dan kekosongan yang dapat dihasilkan dari kehidupan yang dijalani hanya demi layar. Film ini juga mengeksplorasi sisi gelap budaya media sosial, di mana orang merasa terdorong untuk tampil di depan penonton, bahkan jika itu berarti mengorbankan keaslian dan keintiman mereka. Ini menyoroti sifat adiktif teknologi, bagaimana ia dapat mengendalikan hidup kita dan membentuk persepsi kita, dan apa yang terjadi ketika kita kehilangan diri kita sendiri di dunia digital. Saat persahabatan Jamie dan Luna semakin dalam, mereka mulai menyadari bagaimana persona daring mereka mulai mengendalikan hidup mereka. Jamie mulai mempertanyakan kekosongan dari keberadaan influencernya, dan Luna mulai menghadapi dangkalnya persona daringnya sendiri. Mereka mulai memberontak terhadap batasan persona media sosial mereka, berusaha untuk merebut kembali identitas mereka yang sebenarnya dan terhubung dengan orang-orang pada tingkat yang lebih dalam. Perjalanan mereka dicerminkan oleh karakter Matt, mantan pacar Luna, yang telah kecewa dengan kedangkalan hubungan daring mereka. Matt merasa terputus dari Luna dan dunia di sekitarnya, dan dia mulai mempertanyakan makna sebenarnya dari keintiman dan koneksi di dunia di mana semua orang bersembunyi di balik layar mereka. Sepanjang film, sutradara menempatkan gambar dunia nyata berdampingan dengan dunia media sosial yang dikurasi. Penggunaan palet warna, pencahayaan, dan sinematografi yang kontras dalam film ini berfungsi untuk menyoroti ketegangan antara keaslian dan kepalsuan. Gaya penyuntingan, yang dengan mulus memadukan rekaman waktu nyata dengan tangkapan layar dan arsip daring, menciptakan pengalaman imersif yang mensimulasikan efek disorientasi dan membingungkan dari media sosial. Saat cerita terungkap, Jamie dan Luna menghadapi kontradiksi kehidupan media sosial mereka, pemutusan antara persona daring mereka dan diri mereka yang sebenarnya. Mereka menyadari bahwa validasi dan pengakuan adalah perasaan sementara yang tidak dapat memberikan rasa tujuan atau makna. Persahabatan mereka menjadi katalis untuk eksplorasi yang lebih dalam tentang kondisi manusia, mengungkapkan bahwa koneksi dan keintiman sejati hanya dapat dicapai dengan melihat melampaui layar. Pada akhirnya, Channeling adalah film yang menggugah pikiran dan introspektif yang menantang penonton untuk memikirkan kembali hubungan mereka dengan media sosial. Dengan mengungkap kekurangan dan ketidakamanan yang mendasari persona selebritas daring yang dikurasi, film ini mendorong kita untuk mengevaluasi kembali pentingnya validasi dan perhatian yang kita berikan. Ia mengajak kita untuk mundur dari dunia digital dan terhubung kembali dengan orang-orang, pengalaman, dan emosi yang memberi kehidupan kita makna dan kedalaman yang sebenarnya. Film Channeling ini sangat relevan untuk penonton yang mencari tontonan drama yang mengeksplorasi dampak media sosial pada kehidupan dan hubungan kita.

Channeling screenshot 1
Channeling screenshot 2
Channeling screenshot 3

Ulasan