Detroit

Plot
Berlatar belakang musim panas yang penuh gejolak tahun 1967, "Detroit" adalah drama mencekam yang menyoroti momen penting dalam sejarah Amerika. Pada tanggal 23 Juli 1967, Departemen Kepolisian Detroit melancarkan penggerebekan di sebuah blind pig, sebuah klub setelah jam kerja di lingkungan yang didominasi warga kulit hitam di Detroit. Blind pig, yang merupakan pusat musik jazz dan tempat berkumpul bagi masyarakat, adalah target utama bagi polisi. Namun, polisi memiliki motif tersembunyi untuk penggerebekan tersebut. Banyak yang percaya bahwa polisi menargetkan klub tersebut karena dekat dengan lingkungan yang didominasi warga kulit putih, dan para petugas yang terlibat memiliki sejarah korupsi, kekerasan, dan rasisme. Saat polisi menyerbu klub, ketegangan meningkat dengan cepat. Mereka menangkap 82 orang, dengan banyak yang mengklaim bahwa petugas menggunakan kekerasan berlebihan dan membuat tuduhan tidak berdasar. Kerumunan di luar menjadi semakin gelisah, dan polisi menanggapi dengan kekerasan, menembak dan memukuli warga sipil. Chivon, Fred, dan Jimmy adalah tiga pria Afrika-Amerika yang telah ditangkap dan didakwa dengan berbagai kejahatan terkait dengan kerusuhan tersebut. Mereka masing-masing memiliki latar belakang dan cerita unik mereka sendiri, yang membedakan mereka dari yang lain. Chivon adalah seorang wanita muda yang telah bekerja dari jam 9 sampai 5 sebelum dia ditangkap dan didakwa dengan penyerangan kriminal. Fred adalah pemimpin yang blak-blakan di masyarakat yang vokal tentang ketidakadilan yang dihadapi oleh warga Afrika-Amerika di Detroit. Jimmy adalah seorang pemuda berusia 17 tahun yang terlibat dengan geng jalanan. Ketiga pria itu kemudian bergabung dengan dua wanita kulit putih, Karen dan Julie, yang merupakan pengacara untuk NAACP. Mereka telah mengamati kerusuhan itu dan memutuskan untuk menangani kasus ini, percaya bahwa ketidakadilan yang dihadapi oleh para pria yang ditangkap bukan hanya akibat dari kerusuhan tersebut, tetapi juga gejala dari masalah sistemik yang jauh lebih dalam. Para pengacara, Karen dan Julie, menyadari bahwa polisi telah menggunakan taktik baru yang melibatkan pemaksaan pengakuan dari para pria yang ditangkap. Mereka juga tahu bahwa polisi memiliki sejarah berbohong di bawah sumpah dan membuat bukti. Saat proses pengadilan berlangsung, semakin jelas bahwa polisi telah mengarang narasi palsu yang menghubungkan ketiga pria itu dengan serangkaian kejahatan kekerasan yang dilakukan selama kerusuhan tersebut. Penuntut mengklaim bahwa para pria telah bersekongkol untuk merampok apotek dan menembak seorang petugas polisi, yang mengakibatkan kematian tiga orang, termasuk petugas tersebut. Namun, tim pembela yang dipimpin oleh Karen dan Julie menemukan jaringan inkonsistensi dan kontradiksi dalam kasus penuntut. Mereka berpendapat bahwa polisi memiliki sejarah menggunakan taktik serupa dalam kasus lain, di mana orang-orang yang tidak bersalah dipaksa untuk mengaku melakukan kejahatan yang tidak mereka lakukan. Saat persidangan berlangsung, menjadi jelas bahwa hasil kasus ini tidak hanya akan menentukan nasib ketiga pria tersebut, tetapi juga menyoroti ketidakadilan sistemik yang dihadapi oleh warga Afrika-Amerika di Detroit. Persidangan itu memicu perdebatan sengit tentang peran polisi dalam masyarakat, dengan banyak yang menyerukan akuntabilitas dan transparansi yang lebih besar. Film ini mengangkat pertanyaan tentang tanggung jawab penegak hukum dan moralitas tindakan mereka selama kerusuhan. Banyak pejabat polisi kemudian didakwa dengan kejahatan terkait dengan kerusuhan, tetapi tidak semuanya dihukum. Dalam sebuah epilog, terungkap bahwa tiga pria Afrika-Amerika, Fred, Chivon, dan Jimmy, kemudian dibebaskan dari semua tuduhan. Namun, tidak sebelum mereka menghabiskan bertahun-tahun di penjara, terpisah dari keluarga mereka, dan trauma oleh pengalaman itu. Kasus ini menarik perhatian nasional pada perlakuan terhadap warga Afrika-Amerika oleh penegak hukum selama tahun 1960-an dan kebutuhan akan reformasi polisi. Film ini pada akhirnya menyoroti ketidakadilan yang dihadapi oleh warga Afrika-Amerika selama kerusuhan Detroit tahun 1967 dan mengangkat pertanyaan tentang tanggung jawab penegak hukum dalam situasi seperti itu. Ini juga menyoroti perjuangan yang dihadapi oleh mereka yang berjuang untuk keadilan dalam menghadapi penindasan sistemik, dan pengorbanan yang mereka lakukan atas nama kebenaran dan kesetaraan.
Ulasan
Rekomendasi
