Mile 22

Plot
Mile 22 adalah film aksi-thriller yang disutradarai oleh Peter Berg, yang dikenal dengan gaya berceritanya yang memacu adrenalin. Film ini berkisah tentang James Silva, seorang operator CIA, yang diperankan oleh Mark Wahlberg, yang merupakan bagian dari tim taktis elit yang dikenal sebagai O.S.S. (Overseas Strategic Services), sebuah unit berisiko tinggi di dalam pemerintah AS. Cerita dimulai dengan James Silva dan timnya, yang terdiri dari Sam Cahill, mantan operator Pasukan Khusus, yang diperankan oleh John Malkovich, dan Tékoah 'Teco' Ricks, mantan Marinir, yang diperankan oleh Lauren Cohan, di antara yang lain, melakukan misi di Jakarta. Namun, keadaan berubah ketika operasi mereka terganggu, dan mereka terpaksa menjatuhkan seorang teroris bersenjata berat, Abu Kadir. Tim berhasil menetralkan ancaman dan melarikan diri dari tempat kejadian, tetapi operasi mereka terganggu, dan informasi Abu Kadir berakhir di tangan yang salah. Situasi berubah menjadi mengerikan ketika mereka menemukan bahwa Abu Kadir memiliki informasi yang menimbulkan ancaman signifikan bagi Amerika Serikat. Abu Kadir, juga dikenal sebagai 'Aset,' berencana untuk meledakkan saluran gas, membunuh jutaan orang, dan pemerintah AS percaya bahwa Aset masih hidup dan menimbulkan ancaman signifikan bagi keamanan nasional. CIA menugaskan tim untuk mengangkut Aset, yang dikenal sebagai Li Noor, dari rumah aman di Jakarta ke titik ekstraksi yang ditunjuk, sejauh 22 mil. Namun, Li Noor, yang diperankan oleh Iko Uwais, bukan hanya sekadar aset biasa – dia adalah operator yang terampil dan mematikan yang memiliki informasi yang sangat diinginkan oleh pemerintah AS. Tim, yang dipimpin oleh James Silva, memulai misi mereka, dan saat mereka menavigasi jalan-jalan Jakarta yang penuh permusuhan, mereka menghadapi tantangan dan komplikasi yang tak terduga. Aset tampaknya menghindari upaya mereka untuk mengangkutnya dengan aman, dan pada saat yang sama, tim saingan dari faksi Tiongkok, yang dipimpin oleh Jiang yang berdarah dingin, muncul, bersaing untuk menangkap Aset untuk diri mereka sendiri. James Silva dan timnya didorong hingga batas kemampuan mereka saat mereka menghadapi berbagai tantangan dan kemunduran selama misi mereka. Ketegangan terasa saat mereka berjuang untuk menjaga Aset tetap aman sambil menavigasi jaringan kompleks spionase internasional dan pengkhianatan. Aksi berlangsung dengan kecepatan tinggi, dengan tim Silva berhadapan dengan gerombolan teroris bersenjata berat dan operator saingan dalam serangkaian konfrontasi yang intens dan berdarah. Sementara itu, kepemimpinan James Silva dipertanyakan saat ia menghadapi oposisi dari beberapa anggota timnya sendiri, yang skeptis terhadap metode tidak konvensionalnya. Ketegangan antara Silva dan anggota timnya memuncak saat mereka mempertanyakan keterampilan pengambilan keputusan dan penilaiannya. Taruhannya semakin meningkat ketika menjadi jelas bahwa informasi Aset bukanlah sekadar skenario bom waktu sederhana, tetapi jaringan kompleks penipuan dan pengkhianatan yang jauh melampaui plot teroris sederhana. Saat taruhannya meningkat, James Silva dan timnya semakin terjerat dalam dunia spionase dan kontra-terorisme berisiko tinggi, dengan informasi Li Noor menjadi landasan yang mendorong alur cerita maju. Misi tim menjadi perjuangan kompleks dan intens untuk bertahan hidup saat mereka menavigasi jalan-jalan berbahaya di Jakarta, menghindari gerombolan operator musuh dan menghadapi rintangan yang tampaknya tidak dapat diatasi di setiap kesempatan. Pada akhirnya, James Silva dan timnya muncul sebagai pemenang, setelah berhasil mengangkut Aset ke titik ekstraksi. Namun, akibatnya mengungkapkan bahwa informasi Aset jauh lebih kompleks dan bernuansa daripada yang diperkirakan semula. Saat tim menghela napas lega, menjadi jelas bahwa situasinya masih jauh dari selesai, dan dunia tidak pernah benar-benar aman di dunia spionase internasional dan kontra-terorisme.
Ulasan
Rekomendasi
