Qwerty

Qwerty

Plot

Qwerty menceritakan kisah Zoe, seorang kutu buku yang pendiam dan tertutup, yang hidupnya berkisar pada dunia Scrabble. Saat dia menghabiskan waktu berjam-jam meneliti kamus, menganalisis asal-usul kata, dan melatih keterampilan mengejanya, dia memiliki ambisi yang membara: menjadi Juara Scrabble Nasional wanita kedua di dunia. Namun, Zoe menghadapi rintangan besar - rasa malu yang melumpuhkan dan kurangnya kepercayaan diri yang menghalanginya untuk mengikuti Kejuaraan Scrabble Nasional, sebuah arena di mana semangat kompetitifnya ingin sekali terungkap. Narasi Qwerty berubah secara tiba-tiba saat Zoe tiba di rumah Marty, seorang pertapa yang kasar namun penuh teka-teki, yang menjalani kehidupan yang diselimuti misteri. Takdir mempertemukan mereka, Marty juga seorang penggemar berat Scrabble dan, ternyata, lawan Zoe di dunia turnamen Scrabble. Awalnya, pertemuan antara Zoe dan Marty terasa tegang, dengan kedua individu menunjukkan penolakan yang keras kepala terhadap perubahan dan penolakan yang kuat untuk terhubung dengan orang lain. Zoe, yang telah merasa nyaman menjalani kehidupan menyendiri yang dikelilingi oleh kamus, buku, dan kata-kata Scrabblenya, memandang Marty sebagai teka-teki yang belum dipecahkannya. Di sisi lain, Marty, yang masa lalunya diliputi oleh banyak kemalangan pribadi dan harapan yang tidak terpenuhi, melihat antusiasme dan semangat Zoe untuk Scrabble sebagai sesuatu yang aneh dan menarik. Namun, seiring waktu, hubungan mereka berkembang, karena serangkaian peristiwa bersahaja dan tak terduga secara bertahap mulai meruntuhkan tembok yang mengelilingi tempat-tempat suci batin Zoe dan Marty. Pertukaran yang menyentuh hati, ditandai dengan momen-momen tawa dan keheningan yang canggung, menempatkan Zoe dan Marty di jalan yang tidak hanya menjalin ikatan yang tidak mungkin di antara mereka tetapi juga memungkinkan mereka untuk memahami dan menghadapi pertempuran masing-masing dengan dunia. Bagi Zoe, itu berarti belajar untuk menghadapi rasa takutnya akan persaingan, melawan anggota keluarganya yang tidak mendukung dan politik kantor yang menghalanginya untuk mewujudkan mimpinya. Di sisi lain, Marty terpaksa menghadapi isolasinya, menghadapi rasa sakit dan penyesalan yang mendalam, dan akhirnya menghidupkan kembali kecintaannya pada Scrabble sebagai sarana untuk menemukan kembali tujuan hidupnya. Sepanjang film, narasi berosilasi antara dua karakter utama, menyelidiki dunia Scrabble untuk menggambarkan suka dan duka emosional yang mereka alami. Turnamen menjadi mikrokosmos dari perjuangan internal yang dihadapi Zoe dan Marty saat mereka berusaha untuk mencapai tujuan mereka dan menavigasi hubungan mereka. Salah satu aspek film yang paling menawan adalah penggunaan ubin Scrabble, yang melampaui fungsi biasanya sebagai sekadar bidak permainan untuk berfungsi sebagai metafora untuk berbagai tahapan perjalanan emosional Zoe. Sama seperti pemain berpengalaman yang harus secara strategis menyusun ubin Scrabblenya untuk menciptakan kombinasi yang menang, Zoe, melalui pertemuannya dengan Marty, mulai mempelajari nilai menyusun fragmen identitasnya sendiri dan menjalin hubungan yang bermakna dengan orang lain. Pada akhirnya, Qwerty adalah film yang melampaui batasan permainan Scrabble untuk mengeksplorasi tema persahabatan, ketekunan, dan kekuatan pembebasan dari merangkul hasrat seseorang. Berlatarkan introspeksi yang tenang dan humor yang lembut, drama pedih ini mengingatkan kita bahwa kunci keberhasilan bukanlah sekadar kemampuan untuk menyusun huruf dalam urutan tertentu, melainkan kemauan untuk menghadapi ketakutan yang telah menahan kita dan keberanian untuk mengejar impian kita dalam menghadapi kesulitan.

Qwerty screenshot 1
Qwerty screenshot 2
Qwerty screenshot 3

Ulasan