RBG

Plot
Kehidupan Hakim Agung Ruth Bader Ginsburg adalah bukti dedikasi yang tak tergoyahkan pada keahliannya dan dampak mendalam yang telah dia berikan pada pengadilan tertinggi negara itu. Pada usia 84 tahun, Ginsburg terus mendorong dirinya dengan semangat pantang menyerah, teguh dalam mengejar keadilan dan kesetaraan bagi semua warga negara. Lahir pada tanggal 15 Maret 1933, di Brooklyn, New York, Ginsburg dibesarkan dalam keluarga yang menghargai pendidikan dan pentingnya menjalani hidup untuk melayani. Rasa tugas dan tanggung jawab yang ditanamkan sejak dini ini akan membentuk masa depan Ginsburg dan membawanya ke jalan yang akan menjadikannya tokoh ikonik dalam jurisprudensi Amerika. Kehidupan awal Ginsburg ditandai dengan pencapaian akademis, dengan Ruth muda memenangkan tempat yang didambakan di Universitas Cornell, di mana dia menjadi satu dari hanya sembilan wanita di kelas yang beranggotakan 500 siswa. Di Cornell-lah Ginsburg bertemu dengan calon suaminya, Martin 'Marty' Ginsburg, seorang pria muda dari latar belakang serupa yang berbagi rasa ingin tahu intelektual dan semangatnya untuk hidup. Pasangan itu menikah pada tahun 1954, dan hubungan mereka akan menjadi landasan kehidupan Ginsburg, memberinya cinta, dukungan, dan pasangan yang memahami dedikasinya yang tak tergoyahkan pada pekerjaannya. Namun, masuknya Ginsburg ke dunia hukum tidak dianggap enteng. Pada awal 1950-an, wanita sangat kurang terwakili di bidang ini, dan hanya sedikit lembaga yang terbuka untuk menerima mereka. Terlepas dari rintangan ini, Ginsburg bertahan, lulus di puncak kelasnya dari Harvard Law School pada tahun 1956 setelah diterima di sekolah tersebut setahun sebelumnya, hanya untuk menjadi salah satu siswa wanita pertamanya. Namun, pengalamannya di Harvard hanya memperkuat tekadnya untuk menempa jalan yang akan melihat wanita memainkan peran yang lebih menonjol dalam hukum. Setelah sekolah hukum, Ginsburg pindah ke New York, di mana dia bergabung dengan suaminya dalam praktik pribadi. Pengalamannya berpraktik hukum di bidang yang didominasi laki-laki ditandai dengan seksisme dan kendala berbasis seksisme, tetapi dia bertahan, menggunakan pengalamannya untuk menginformasikan advokasinya yang berkembang untuk hak-hak perempuan. Ketika anak-anaknya cukup umur untuk sekolah penuh waktu, Ginsburg bergabung dengan American Civil Liberties Union (ACLU), tempat dia akan bekerja tanpa lelah selama lebih dari satu dekade, dengan memperdebatkan sembilan kasus penting di hadapan Mahkamah Agung. Kasus Ginsburg yang paling terkenal selama waktu ini, Berhardt v. CelaneseCorp danFrontiero v. Richardson, menantang konstitusionalitas kebijakan yang mendiskriminasi perempuan. Dalam kedua kasus tersebut, Ginsburg berpendapat bahwa kebijakan tersebut bertentangan langsung dengan Klausul Perlindungan Setara Amandemen ke-14. Argumennya mendapat perlawanan, tetapi dia menolak untuk mundur. Kasus Frontiero, yang menantang kebijakan militer untuk menolak tunjangan kepada istri prajurit pria sementara memperluasnya ke istri prajurit wanita, sangat inovatif. Argumen Ginsburg di hadapan Pengadilan pada akhirnya akan mengarah pada keputusan penting, Frontiero v. Richardson, pada tahun 1973, yang menemukan kebijakan tersebut tidak konstitusional. Pada tahun 1980, Presiden Jimmy Carter menunjuk Ginsburg ke Pengadilan Banding Amerika Serikat untuk Distrik Columbia, posisi yang dia pegang selama 13 tahun, menjadi hakim wanita kedua yang ditunjuk ke bangku cadangan federal. Selama waktu inilah reputasi Ginsburg sebagai pembela hak-hak perempuan yang gigih dan pembela konstitusi yang setia terus berkembang. Pada tahun 1993, Presiden Bill Clinton menunjuk Ginsburg ke Mahkamah Agung, menjadikannya anggota wanita kedua Pengadilan dan hakim wanita Yahudi pertama Pengadilan. Namun, konfirmasi Ginsburg bukannya tanpa kontroversi. Nominasinya menghadapi penentangan keras dari kelompok-kelompok yang khawatir bahwa advokasinya untuk hak-hak perempuan akan menyebabkan erosi nilai-nilai tradisional. Terlepas dari tantangan ini, konfirmasi Ginsburg oleh Senat pada 3 Agustus 1993, membuka jalan bagi era baru perwakilan dan keragaman di Pengadilan. Sebagai Hakim di Mahkamah Agung, Ginsburg akan menjadi salah satu anggota liberal Pengadilan yang paling vokal dan berpengaruh, mendapatkan julukan 'The Notorious RBG.' Pendapatnya menjadi terkenal karena kritik tajam dan cerdasnya, yang digambarkan elegan sekaligus menggigit. Ginsburg telah berdebat lebih dari 90 kasus di hadapan Pengadilan, banyak di antaranya memiliki dampak signifikan pada hukum dan masyarakat. Pendapat dissenting Ginsburg yang paling terkenal, United States v. Virginia, disampaikan pada tahun 1996. Di dalamnya, Ginsburg menantang konstitusionalitas kebijakan penerimaan khusus laki-laki Virginia Military Institute (VMI). VMI berpendapat bahwa kebijakan penerimaannya ditujukan untuk melestarikan budaya dan sejarah unik institut, tetapi pendapat Ginsburg mengungkap bias seks inheren pada akar kebijakan tersebut. Kasus ini akhirnya mengarah pada keputusan bersejarah Pengadilan pada tahun 1997, yang menemukan kebijakan tersebut tidak konstitusional. Selama masa jabatannya di Pengadilan, Ginsburg telah menjadi suar harapan bagi mereka yang berjuang untuk keadilan dan kesetaraan. Warisannya adalah bukti kekuatan ketekunan dan dampak yang dapat dimiliki seseorang terhadap dunia.
Ulasan
Rekomendasi
