Saving Face

Saving Face

Plot

Saving Face, disutradarai oleh Alice Wu, adalah film drama komedi romantis Amerika tahun 2004 yang membahas kompleksitas identitas, budaya, dan ekspektasi keluarga dalam komunitas Amerika-Tionghoa. Kisah ini mengikuti Wil (Lynn Chen), seorang internis Amerika-Tionghoa yang sukses yang diam-diam terlibat dalam hubungan sesama jenis dengan Vivian (Michelle Krusiec), pacarnya. Namun, romansa mereka ada dalam kerahasiaan, tersembunyi dari ibu Wil yang tradisionalis, Grace (Joan Chen), yang berharap putrinya akan menyesuaikan diri dengan ekspektasi masyarakat dan menikahi seorang pria. Film ini dibuka dengan hubungan Wil dan Vivian yang menghadapi titik balik. Mereka telah bersama selama tiga tahun dan semakin sulit untuk menyeimbangkan perasaan mereka dengan tekanan sosial yang mereka hadapi. Wil, yang sedang berjuang dengan identitasnya sendiri, mulai bertanya-tanya apakah mengungkapkan diri kepada keluarga dan teman-temannya adalah keputusan yang tepat untuknya. Vivian, di sisi lain, lebih terbuka dan mendorong Wil untuk jujur ​​dengan keluarganya. Seiring berjalannya narasi, menjadi jelas bahwa hubungan Wil dengan Vivian bukanlah satu-satunya aspek hidupnya yang bertentangan dengan harapan ibunya. Ibu Wil, Grace, adalah seorang pengusaha wanita sukses yang selalu memprioritaskan reputasi keluarga dan warisan budayanya di atas segalanya. Dia ingin Wil menikah dengan seorang pria, menikah, dan memulai keluarganya sendiri, yang dia yakini akan membawa kebanggaan dan status dalam komunitas Amerika-Tionghoa. Sementara itu, sahabat Wil, Malcom (Randall Park), mencoba menawarkan dukungan dan perspektifnya tentang hubungan Wil dengan Vivian. Melalui percakapan dengan Malcom, Wil mendapatkan pemahaman baru tentang perasaannya sendiri dan kebebasan yang datang dengan menjadi diri sendiri. Namun, perilaku ibunya yang tidak setuju menjadi sumber stres dan ketegangan yang konstan dalam hubungan mereka. Suatu hari, Wil bertemu Sophie (Michelle Krusiec), seorang wanita menawan dan menarik di sebuah pertemuan sosial. Kedua wanita itu langsung cocok, dan chemistry mereka menjadi jelas. Seiring berkembangnya hubungan, Wil mendapati dirinya terpecah antara perasaannya terhadap Sophie dan kewajibannya terhadap Vivian. Konflik batin ini semakin rumit dengan meningkatnya tekanan ibunya untuk menikahi seorang pria dan berkeluarga. Grace, yang memiliki alasannya sendiri untuk menginginkan Wil agar sesuai dengan harapan tradisional, mulai memperhatikan bahwa putrinya mengembangkan perasaan terhadap wanita lain. Awalnya, dia menolak dan mencoba mengarahkan Wil ke arah pasangan pria yang cocok. Namun, seiring hubungan Wil dengan Vivian dan Sophie terus berkembang, Grace terpaksa menghadapi bias dan prasangkanya sendiri. Melalui serangkaian percakapan dari hati ke hati dengan Wil, Grace mulai memahami keinginan putrinya dan kesulitan yang dia hadapi dalam masyarakat yang sering meminggirkan individu LGBTQ+. Seiring hubungan antara Wil, Vivian, Malcom, dan Sophie terungkap, film ini menampilkan kompleksitas dan nuansa identitas, budaya, dan ekspektasi keluarga. Pada akhirnya, Saving Face adalah penggambaran yang pedih dan menggugah pikiran tentang perjuangan yang dihadapi oleh individu LGBTQ+ Amerika-Tionghoa yang seringkali mendapati diri mereka terjebak di antara harapan budaya dan keinginan pribadi. Melalui karakternya yang bernuansa, dialog yang cerdas, dan penceritaan yang sensitif, film ini mendorong penonton untuk mempertimbangkan kompleksitas identitas dan pentingnya penerimaan diri. Pada akhir film, jelas bahwa perjalanan Wil menuju penemuan diri dan penerimaan telah membawanya ke jalan menuju pemahaman, kasih sayang, dan kebahagiaan yang lebih besar.

Saving Face screenshot 1
Saving Face screenshot 2
Saving Face screenshot 3

Ulasan