Tarzan II

Plot
Dalam Tarzan II, sebuah prekuel sekuel dari film klasik Disney yang dicintai, Tarzan, karakter tituler, berjuang untuk menemukan tempatnya di dalam sukunya. Saat ia mulai tumbuh dewasa, naluri dan perilaku Tarzan mulai bergeser dari lingkungan alaminya dan menuju pemahaman tentang dunia di sekitarnya yang semakin mirip manusia. Semakin terampil dengan kemampuan fisiknya, ia mulai mengembangkan perasaan ragu diri tentang apakah ia benar-benar termasuk di hutan. Introspeksi ini diperparah oleh kesalahan besar pertamanya. Dalam adegan penting yang memicu reaksi berantai peristiwa, Tarzan secara tidak sengaja menyebabkan kawanan gajah besar-besaran. Panik, anggota suku dengan panik terpencar ke segala arah saat mereka mencoba melindungi diri dari hewan berkulit tebal yang mendekat. Dalam kekacauan yang terjadi, beberapa anggota suku yang lebih tua menderita luka parah. Tarzan, dilanda rasa bersalah dan takut bahwa ia telah membahayakan orang-orang yang ia sayangi, merasakan dorongan yang luar biasa untuk meninggalkan hutan untuk selamanya. Yakin bahwa ia menimbulkan ancaman bagi keselamatan keluarganya, ia memutuskan untuk pergi ke tempat yang tidak diketahui, meninggalkan satu-satunya rumah dan satu-satunya keluarga yang pernah ia kenal. Keputusan monumental ini memicu perjalanan penemuan jati diri saat Tarzan menavigasi perairan yang tidak dikenalnya, bergulat dengan arti menjadi manusia dan di mana tempatnya yang sebenarnya di dunia. Kepergian Tarzan mendorong ibu angkatnya yang penuh kasih, Kerchak, untuk memulai perjalanan berbahaya untuk menyelamatkan putranya dan membantunya memahami kedalaman cinta dan pengabdiannya. Sepanjang jalan, dia harus menghadapi keraguannya sendiri dan ketakutan bahwa Tarzan mungkin benar untuk mempertimbangkan untuk pergi. Saat dia menghadapi banyak tantangan dalam melacak putranya yang keras kepala, Kerchak diingatkan tentang pelajaran yang pernah dia pelajari dari mendiang suaminya, yang mengajarinya bahwa cinta tidak mengenal batas, bahkan di saat-saat putus asa. Sepanjang kisah, Tarzan berjuang untuk mendamaikan perilaku naluriahnya dengan kesadarannya yang berkembang tentang emosi manusia. Saat ia menjelajahi wilayah yang belum dipetakan, ia mulai mengalami berbagai perasaan yang belum pernah ia alami sebelumnya – campuran kegembiraan dan kesedihan yang menggarisbawahi kompleksitas keberadaannya sebagai makhluk yang tidak sepenuhnya manusia dan tidak sepenuhnya binatang. Sementara itu, gorila yang menyenangkan tetapi bodoh, Terk, tetap berada di sisi Tarzan sebagai temannya yang setia. Bersama-sama, mereka menghadapi berbagai rintangan, termasuk mengakali pemburu yang mengincar hutan dan menghadapi predator lainnya. Meskipun hubungan mereka semakin dalam sepanjang perjalanan mereka, Terk sering secara tidak sengaja memperburuk situasi dengan upaya membantu yang polos namun salah arah. Ini menyoroti keseimbangan halus yang ada antara persahabatan dan kesetiaan, terutama ketika suatu kelompok terdiri dari makhluk dari latar belakang yang sangat berbeda. Seiring waktu berlalu, Tarzan menjadi semakin mahir menggunakan pengetahuannya tentang alam liar untuk menghindari bahaya. Dia juga mulai mengenali contoh kekejaman dan kebrutalan di sekitarnya – termasuk perlakuan kejam terhadap banyak makhluk di tangan pemburu manusia. Kesadaran ini memicu rasa tujuan baru dalam diri Tarzan, yang sekarang memahami bahwa perannya melampaui hutan. Dengan keinginan yang besar untuk melindungi makhluk tidak bersalah yang telah tumbuh bersamanya, Tarzan akhirnya menyadari bahwa ia memiliki peran penting untuk dimainkan dalam menjaga hutan dan semua penghuninya. Dia menerima kenyataan bahwa tindakannya akan berdampak langsung pada kehidupan orang-orang di sekitarnya, baik teman maupun musuh. Pada akhirnya, perjalanan Tarzan diakhiri dengan reuni yang mengharukan dengan Kerchak, serta pemahaman yang lebih dalam tentang pentingnya keluarga dan penghuni hutan. Kesimpulan pedih ini menunjukkan kekuatan transformatif cinta, kesetiaan, dan penemuan jati diri.
Ulasan
Rekomendasi
