Derita dan Kebahagiaan

Derita dan Kebahagiaan

Plot

Derita dan Kebahagiaan, disutradarai oleh Carol Reed pada tahun 1965, adalah film drama sejarah yang menggali hubungan penuh gejolak antara Paus Julius II dan seniman Renaisans terkenal Michelangelo. Film ini merupakan adaptasi dari novel Irving Stone tahun 1961 dengan judul yang sama, yang mengeksplorasi kolaborasi yang menarik dan intens antara seorang Paus yang sangat menuntut dan seorang jenius kreatif seperti Michelangelo. Cerita dimulai pada awal abad ke-16, ketika Paus Julius II yang ambisius (diperankan oleh Rex Harrison) berusaha untuk meninggalkan warisan abadi. Untuk mencapai tujuan ambisius ini, dia memilih Michelangelo (diperankan oleh Charlton Heston), pematung dan pelukis terkenal pada masanya, untuk menciptakan makam agung yang layak untuk reputasi dan statusnya sendiri. Komisi tersebut terdiri dari 40 patung rumit, yang diterima Michelangelo, hanya untuk kemudian menyadari bahwa proyek dengan skala dan kompleksitas ini membutuhkan waktu dan perhatian yang tidak dia antisipasi. Namun, dalam perubahan peristiwa yang tiba-tiba, Paus Julius II tiba-tiba mengubah rencananya, memaksa Michelangelo untuk meninggalkan patungnya yang belum selesai. Proyek baru – lukisan mural monumental di dalam Kapel Sistina – menguji keteguhan hati sang seniman. Awalnya, Michelangelo mempertanyakan kemungkinan kemampuan artistiknya sendiri untuk menyelesaikan pekerjaan besar seperti itu, yang menyebabkan dia untuk sementara meninggalkan proyek tersebut. Pengabaian ini adalah hasil dari rasa tidak aman Michelangelo yang mendalam mengenai keterampilan artistiknya. Setelah membuat namanya sebagai pematung, dia bertanya-tanya apakah pengalamannya dalam melukis bisa menyamai penguasaannya atas marmer. Selain itu, dia menjadi sadar akan harapan besar dari Paus dan tekanan untuk memenuhinya. Ketakutan akan kegagalan ini menjadi tema yang berulang sepanjang film, memengaruhi keputusan dan tindakan Michelangelo saat ia menavigasi kemitraan kreatif yang penuh gejolak ini. Namun, takdir akhirnya turun tangan, mendorong Michelangelo kembali ke Kapel Sistina. Dengan inspirasi dan semangat kreatif yang baru, ia memulai perjalanan yang menantang untuk mewujudkan visi artistiknya. Namun, perjalanan ini menjadi semakin kompleks karena gaya artistik Michelangelo bentrok dengan harapan Paus Julius II yang menuntut. Sepanjang film, ketegangan antara Michelangelo dan Paus meningkat. Fiksasi Paus pada lukisan dinding yang megah diimbangi dengan komitmen Michelangelo yang tak tergoyahkan pada cita-cita artistiknya. Sementara Julius II ingin dirayakan melalui mahakarya Michelangelo, sang seniman melihat ciptaannya sebagai bukti kejeniusan artistiknya daripada ego Paus. Saat cerita terungkap, bentrokan intens antara visi artistik dan tekanan dari kepemimpinan gereja ini menjadi semakin tegang. Terlepas dari keengganan awal Michelangelo, inspirasi ilahinya mendorongnya maju. Dengan semangat dan fokusnya yang tak tergoyahkan, ia menyalurkan energi kreatifnya ke dalam karya yang menakjubkan indah dan jenius. Intinya, Derita dan Kebahagiaan mengeksplorasi perjuangan emosional dan artistik Michelangelo yang intens, menyoroti tantangan yang dihadapi oleh individu kreatif yang beroperasi dalam batas-batas kerangka kerja institusional yang kaku dan terstruktur. Film ini menunjukkan bagaimana dedikasi artistiknya yang tak tergoyahkan, yang diilhami oleh visi ilahi, pada akhirnya menang meskipun ada rintangan yang dihadirkan oleh kepemimpinan gereja yang menuntut. Pada akhirnya, Derita dan Kebahagiaan menyajikan penggambaran yang mendalam dan menggugah pikiran tentang tarian rumit antara ekspresi artistik dan tekanan sosial yang sering memengaruhinya. Mahakarya sinematik ini tidak hanya menampilkan kejeniusan artistik Michelangelo tetapi juga menawarkan jendela ke dalam perjuangan intens yang dihadapi oleh para seniman sepanjang sejarah.

Derita dan Kebahagiaan screenshot 1
Derita dan Kebahagiaan screenshot 2
Derita dan Kebahagiaan screenshot 3

Ulasan