The Last Hurrah

Plot
Di sebuah kota New England yang kuno yang dikelilingi oleh tanaman hijau subur dan gemerisik daun yang lembut, udaranya terasa kental dengan aroma manis musim pemilihan. Tahun ini adalah 1962, dan Frank Skeffington, seorang politisi berpengalaman dan dihormati, berdiri di persimpangan dunia yang berubah. Sebagai wali kota kota itu selama dua periode, Frank tidak asing dengan intrik politik, dan pengabdiannya selama bertahun-tahun telah memberinya rasa hormat dan kekaguman dari masyarakat. Namun, seiring televisi mendapatkan daya tarik sebagai sumber informasi utama, dinamika politik mulai bergeser. Kampanye menjadi lebih digerakkan oleh media, dan karisma lebih diutamakan daripada kualitas kepemimpinan yang sejati. Di tengah transformasi ini, Adam Caulfield, keponakan Frank yang muda dan ambisius, mendapati dirinya terjebak di tengah perebutan kekuasaan. Saat Adam menyaksikan pamannya menavigasi lanskap kompleks politik kota kecil, ia mulai menghargai kegigihan dan tekad yang telah menentukan karier Frank yang gemilang. Terlepas dari banyak upaya untuk menodai reputasinya, Frank tetap teguh dalam komitmennya terhadap kesejahteraan kota. Namun, lawan baru dan tangguh telah muncul, mengancam untuk menggulingkan wali kota yang berpengalaman itu. Kandidat saingan, P.J. Dugan, adalah individu yang licik dan penuh perhitungan yang memiliki dukungan penuh dari para bankir dan pemimpin industri yang berpengaruh. Tokoh-tokoh kuat ini, yang menghargai keuntungan di atas kepentingan publik, melihat dedikasi Frank kepada masyarakat sebagai ancaman bagi kepentingan mereka. Saat mereka diam-diam mengatur rencana mereka untuk merusak kampanye Frank, udara dipenuhi dengan bisikan korupsi dan penipuan. Sementara itu, Adam menjadi semakin terjerat dalam jaringan politik saat dia menyaksikan pamannya berhadapan dengan P.J. Dugan. Saat taruhannya semakin tinggi, Adam mendapati dirinya tertarik ke lingkaran dalam kampanye Frank. Dia mulai menyaksikan manuver rumit para politisi, pidato yang diperhitungkan, dan janji terselubung yang dibuat untuk mempengaruhi pemilih. Melalui mata Adam, penonton diberi gambaran tentang dunia politik Machiavellian, di mana tujuan seringkali menghalalkan segala cara. Saat Frank berjuang untuk mempertahankan integritasnya dalam menghadapi oposisi, Adam dipaksa untuk menghadapi realitas politik yang keras. Dia melihat bagaimana sistem dapat merusak bahkan individu yang paling bermaksud baik, mengubah mereka menjadi pion dalam permainan kekuasaan dan korupsi. Saat pemilihan semakin dekat, popularitas Frank mulai berkurang, dan kampanyenya mulai tersandung. Beban kekuatan lawan yang menimpanya berdampak buruk, dan tekad Frank yang biasanya teguh mulai terkikis. Adam, yang merasakan kerentanan pamannya, menjadi semakin teguh dalam dukungannya. Bersama-sama, mereka menghadapi tantangan di depan, bertekad untuk mengungkap kebenaran di balik kebangkitan P.J. Dugan yang pesat. Saat suara diberikan, dan kota menahan napas secara kolektif, nasib Frank tergantung dengan genting. Apakah dia akan keluar sebagai pemenang, atau apakah kekuatan korupsi akan terbukti terlalu kuat untuk diatasi? Saat kota bersiap untuk memilih antara dua visi yang sangat berbeda untuk masa depannya, perspektif Adam tentang politik selamanya berubah. Melalui jaringan hubungan dan motivasi yang kompleks yang mendefinisikan The Last Hurrah, John Ford menjalin narasi mencekam yang mengeksplorasi sudut gelap politik. Film ini adalah kritik pedas terhadap sistem yang menghargai kepraktisan di atas prinsip dan memungkinkan korupsi meresap ke dalam struktur pemerintahan itu sendiri. Saat kredit bergulir, penonton ditinggalkan dengan pertanyaan menghantui: Bisakah seorang pria berintegritas bertahan di dunia di mana politik telah menjadi permainan asap dan cermin?
Ulasan
Rekomendasi
