Musik Tak Pernah Berhenti

Plot
Musik Tak Pernah Berhenti adalah film drama yang menghangatkan hati yang menggali kerumitan ikatan keluarga, penebusan dosa, dan kekuatan transformatif musik. Disutradarai oleh Justin Meltzer dan ditulis oleh Meltzer dan Alex Metcalf, film ini berkisah tentang Henry (diperankan oleh Lou Taylor Pucci) dan ayahnya, Gus (diperankan oleh J.K. Simmons). Film ini diceritakan melalui narasi non-linear, menjalin adegan-adegan dari masa kecil Henry, hubungannya yang penuh gejolak dengan ayahnya, dan perjuangannya saat ini untuk terhubung dengan putranya, Gabriel (diperankan oleh Logan Miller). Tumor otak Gabriel, yang menyebabkan amnesia *anterograde*, mencegahnya membentuk ingatan baru, membuatnya terjebak dalam keadaan abadi kehidupan pra-tumornya. Saat Gabriel berjuang untuk menerima kondisinya, hubungannya dengan anggota keluarganya menjadi titik fokus dalam cerita. Henry, khususnya, bergulat dengan perasaannya sendiri tentang rasa bersalah, kebencian, dan cinta untuk putranya. Keduanya berbagi sejarah yang rumit, dengan obsesi Gabriel terhadap grup musik Pink Floyd yang merusak hubungan mereka. Henry, yang awalnya tidak menyetujui selera musik Gabriel, gagal terhubung dengan putranya saat ia tumbuh dewasa dan mengembangkan selera yang lebih konservatif. Dengan Gabriel yang terkurung di kursi roda dan bergantung pada orang tuanya untuk perawatan, Henry dipaksa untuk menghadapi kesalahan masa lalunya dan pilihan yang dia buat yang menyebabkan jarak fisik dan emosional mereka. Dia memulai perjalanan penemuan jati diri, berusaha untuk berhubungan kembali dengan putranya dan mengevaluasi kembali prioritasnya. Melalui serangkaian adegan yang mengharukan dan seringkali menyayat hati, Henry mulai memahami nilai menerima individualitas putranya dan menerima pilihannya, tidak peduli seberapa berbeda kelihatannya. Musik memainkan peran penting dalam Musik Tak Pernah Berhenti, berfungsi sebagai titik temu antara Henry dan Gabriel. Lagu-lagu Pink Floyd, khususnya, memiliki arti khusus bagi duo ayah-anak ini, dengan "Money" dan "Wish You Were Here" menjadi simbol hubungan rumit mereka. Henry menyadari bahwa kecintaan putranya pada band itu bukan hanya fase yang lewat, tetapi hubungan yang mendalam yang melampaui perbedaan mereka. Saat Henry menavigasi kerumitan merawat putranya, dia juga belajar menghargai keindahan musik Gabriel. Dalam salah satu momen paling mengharukan dalam film tersebut, Henry dan Gabriel melakukan percakapan dari hati ke hati tentang lagu "Brain Damage". Henry akhirnya memahami kedalaman emosional cinta putranya untuk musik, dan hubungan mereka mulai membaik. Sepanjang film, penampilan para pemeran sangat luar biasa, dengan Lou Taylor Pucci memberikan penggambaran yang bernuansa tentang perjalanan emosional Henry. J.K. Simmons bersinar sebagai Gus, memberikan latar belakang yang menarik untuk cerita sambil tetap memberikan dampak sebagai ayah yang penyayang namun cacat. Kecocokan antara Lou Taylor Pucci dan Logan Miller tidak dapat disangkal, dan penampilan mereka sebagai pasangan ayah-anak yang terasing sangat memilukan dan membangkitkan semangat. Musik Tak Pernah Berhenti adalah eksplorasi yang kuat tentang keluarga, cinta, dan penebusan dosa. Arahan Justin Meltzer menjalin keseimbangan yang halus antara drama, humor, dan musik, menjadikannya film yang secara universal dapat dipahami. Saat Henry dan Gabriel mengatasi masalah mereka, mereka menemukan bahwa musik memiliki kekuatan untuk menjembatani bahkan kesenjangan terlebar sekalipun, menghubungkan mereka dengan cara yang tidak pernah mereka duga. Klimaks film menemukan Henry dan Gabriel berbagi momen rekonsiliasi, di mana mereka terikat pada kecintaan mereka pada Pink Floyd. Adegan ini merupakan pengingat yang mengharukan bahwa hubungan keluarga lebih dari sekadar pengalaman bersama; ini tentang menerima dan mencintai satu sama lain apa adanya. Saat *credit roll*, penonton ditinggalkan dengan apresiasi yang mendalam pada kekuatan transformatif musik dan ikatan keluarga yang tidak terpatahkan. Musik mungkin tidak akan pernah benar-benar berhenti, tetapi dalam momen-momen inilah kita diingatkan akan dampaknya yang mendalam pada kehidupan dan hubungan kita.
Ulasan
Rekomendasi
