The Princess Diaries 2: Royal Engagement

Plot
The Princess Diaries 2: Royal Engagement terjadi beberapa tahun setelah peristiwa film pertama. Mia Thermopolis, sekarang seorang wanita muda yang cerdas dan ambisius, baru saja lulus dari Universitas Georgetown. Bersemangat untuk kembali ke tanah airnya, Genovia, dan mengambil tempatnya yang sah sebagai putri, Mia memulai perjalanan dengan teman terdekatnya, Lilly Moscovitz, yang telah menemaninya setiap langkah. Setibanya di Genovia, Mia disambut hangat oleh neneknya, Ratu Clarisse Renaldi, yang telah memerintah kerajaan kecil itu dengan kebijaksanaan dan kebaikan. Namun, menjadi jelas bahwa tujuan Ratu Clarisse untuk kunjungan Mia lebih dari sekadar reuni keluarga. Ternyata, aspek khusus dari hukum Genovia menyatakan bahwa ratu harus menikah dan menghasilkan ahli waris dalam waktu dua tahun setelah naik takhta. Khawatir akan prospek dipaksa menikah yang diatur, Ratu Clarisse memutuskan untuk membuat cucunya mengambil mahkota sebelum dia dapat melakukan kerusakan pada reputasi Genovia sebagai negara kerajaan. Kehidupan Mia yang rumit menjadi terbalik ketika dia mengetahui bahwa dia harus segera mengambil tanggung jawab memerintah Genovia. Neneknya memberikan serangkaian "pelajaran putri" yang ketat untuk membantu Mia menyesuaikan diri dengan peran barunya, yang mencakup seni tradisional namun sulit untuk menunggang kuda dengan posisi menyamping dan melatih kemampuan menembaknya dengan busur dan anak panah. Lilly, yang selalu menjadi teman setia, menemani Mia dalam pelajaran ini, memberikan dorongan dan sedikit komedi di sepanjang jalan. Namun, pada salah satu pelajaran inilah Mia bertemu dengan seorang pria muda yang menawan bernama Kevin McGriff, yang merupakan seorang mahasiswa di universitas terdekat dan asisten sukarelawan untuk instruktur kerajaan. Ada percikan yang tak terbantahkan antara Mia dan Kevin, tetapi masih belum jelas apakah ini lebih dari sekadar ketertarikan sesaat. Saat Mia menavigasi peran barunya sebagai putri, dia terpecah antara keinginannya untuk menyenangkan neneknya dan keinginan untuk menegaskan kemerdekaannya sendiri. Perjuangannya tidak terbatas pada tugas kerajaannya saja, karena dia juga harus menghadapi tekanan untuk menavigasi kompleksitas romansa. Perasaannya yang tumbuh untuk Kevin menciptakan perasaan tegang, karena dia khawatir bahwa hubungan publik mungkin dianggap tidak pantas untuk seorang bangsawan. Memperparah kesulitan ini adalah kehadiran Lord Devereaux yang menjulang, seorang pelamar dari kerajaan tetangga yang telah berusaha memenangkan hati putri Genovia selama bertahun-tahun. Niatnya tampak kurang terhormat, tetapi nenek Mia tetap yakin bahwa menikah dengan baik sangat penting untuk mengamankan masa depan Genovia. Bertekad untuk menegaskan kemerdekaannya sendiri dan menempa jalannya sendiri, Mia mulai meneliti hukum Genovia yang mengharuskan ratu untuk menikah dalam waktu dua tahun. Yakin bahwa dia harus melanggar tradisi, Mia mulai mencari celah dalam hukum yang akan memungkinkannya untuk menikahi Kevin dan memiliki kehidupan yang benar-benar dia inginkan – kehidupan yang bebas dari batasan harapan kerajaan. Dengan rasa tujuan yang baru, Mia memulai misi untuk mendidik dirinya sendiri dan menggalang dukungan dari rakyat Genovia. Saat dia menavigasi lanskap yang menantang ini, Mia menyadari bahwa menjadi pemimpin sejati membutuhkan lebih dari sekadar mematuhi tradisi – itu membutuhkan keberanian, belas kasihan, dan kemauan untuk mengambil risiko. Pada akhirnya, pencarian Mia untuk celah membawanya untuk mengungkap wahyu yang mengejutkan: hukum Genovia yang mengharuskan ratu untuk menikah dalam waktu dua tahun tidak sekeras yang dia yakini. Penemuan ini memberi Mia keberanian untuk mengikuti kata hatinya dan menegaskan otoritasnya sendiri sebagai ratu. Saat cerita berakhir, kita melihat Mia bersiap untuk mengambil tanggung jawab peran barunya, dipersenjatai dengan rasa percaya diri yang baru ditemukan dan pemahaman yang mendalam tentang apa artinya menjadi pemimpin modern yang kuat.
Ulasan
Rekomendasi
