When in Rome

Plot
Kota Roma di Italia, dengan sejarahnya yang kaya dan jalanan yang dipenuhi seni, memberikan latar belakang yang pedih untuk drama yang terungkap dalam "When in Rome." Bagi Gerda dan Kristoffer, perjalanan ini lebih dari sekadar liburan romantis – ini adalah kesempatan untuk menghidupkan kembali kenangan dan merayakan 35 tahun pernikahan. Saat mereka berjalan-jalan di jalan-jalan Roma yang kuno, mengenang masa lalu dan merencanakan masa depan mereka, mereka tiba-tiba dihadapkan dengan wajah dari masa muda Gerda. Johannes, guru seni karismatik yang membangkitkan hasratnya untuk seni, muncul entah dari mana, dan dinamika hubungan mereka terbalik. Awalnya, Johannes tampak seperti kenalan yang tidak berbahaya, seseorang yang telah mengenal Gerda selama bertahun-tahun tetapi tidak ragu untuk menunjukkan kehadirannya dalam hidupnya sekarang. Namun, seiring berjalannya cerita, menjadi jelas bahwa niatnya jauh lebih kompleks. Johannes adalah katalis bagi Gerda untuk menilai kembali hidupnya, hubungannya, dan aspirasinya. Obsesi Gerda dengan Johannes, mantan kekasihnya, memicu reaksi berantai yang mengganggu keharmonisan pernikahannya. Kristoffer, yang telah menjadi sandaran hidupnya selama beberapa dekade, mendapati dirinya berada di pinggir lapangan saat kegilaan Gerda tumbuh. Ini adalah perjalanan pertama pasangan itu tanpa anak-anak mereka, dan Gerda membayangkan liburan romantis dengan suaminya, mengenang masa lalu mereka dan merencanakan masa depan mereka bersama. Tetapi seiring berjalannya perjalanan, keasyikan Gerda dengan Johannes membawanya untuk meninggalkan rencana ini dan menikmati petualangan masa mudanya. Saat Gerda menavigasi jalanan berbatu, menghadiri pameran seni dan museum, dia mulai merenungkan pilihan hidupnya. Mengapa dia menetap begitu awal? Mengapa dia membiarkan hasratnya pada seni mengalah pada urusan rumah tangga? Johannes, tampaknya, telah membangkitkan bagian dari dirinya yang dia pikir sudah lama mati. Sementara itu, Kristoffer, merasa semakin terpinggirkan, berjuang untuk menerima perubahan Gerda. Dia terluka, tetapi dia juga khawatir – khawatir pernikahan mereka berantakan, khawatir Gerda meninggalkannya demi versi dirinya yang lebih muda dan lebih bersemangat. Saat ketegangan antara Gerda dan Kristoffer meningkat, "When in Rome" menjadi eksplorasi pedih tentang cinta, pernikahan, dan identitas. Apakah kegilaan Gerda pada Johannes adalah krisis paruh baya atau keinginan tulus untuk menemukan kembali dirinya sendiri? Apakah dia benar-benar percaya bahwa dia telah menemukan cinta sejati lagi, atau apakah dia hanya mencari validasi? Johannes, dengan senyumnya yang menawan dan bakat artistik alaminya, tampaknya mewujudkan kebebasan dan kreativitas yang telah dipendam Gerda. Saat dia menghabiskan lebih banyak waktu bersamanya, dia diingatkan akan hari-hari riang masa mudanya, ketika seni adalah hasrat yang tak lekang oleh waktu dan dunia tampak penuh dengan kemungkinan. Namun, di balik permukaannya, ada petunjuk bahwa Johannes tidak seperti yang terlihat. Mungkin dia sama tertariknya dengan masa lalu Gerda seperti dia, menggunakan hubungan mereka kembali sebagai cara untuk menghidupkan kembali pengalaman masa mudanya sendiri. Atau mungkin dia hanyalah cerminan dari keinginannya sendiri, simbol dari kehidupan yang seharusnya dia miliki tetapi memilih untuk tidak mengejarnya. Saat obsesi Gerda dengan Johannes mengancam untuk menghancurkan pernikahannya dan rasa identitasnya, dia terpaksa menghadapi hantu masa lalunya. Dengan melakukan itu, dia harus membuat pilihan: untuk berpegang pada kenyamanan yang dikenalnya dalam hidupnya dengan Kristoffer atau mengambil lompatan keyakinan ke tempat yang tidak diketahui bersama Johannes. Judul film, "When in Rome," adalah permainan kata-kata yang cerdas, mengacu pada kota yang telah menyediakan latar belakang untuk krisis Gerda dan pepatah Romawi, "Ketika di Roma, lakukan seperti orang Roma." Saat Gerda menavigasi kompleksitas hubungannya, dia terpaksa mengadopsi sikap yang sama – untuk jujur pada dirinya sendiri, bahkan jika itu berarti menantang status quo. Akhir film dibiarkan ambigu, membuat penonton merenungkan pilihan utama Gerda. Akankah dia kembali ke keamanan hidupnya dengan Kristoffer atau mengikuti hatinya dan mengambil kesempatan dengan Johannes? Jawabannya, seperti masa depan Gerda, tidak pasti, dan ketidakpastian inilah yang membuat "When in Rome" menjadi eksplorasi pedih tentang cinta, identitas, dan kompleksitas hubungan manusia.
Ulasan
Rekomendasi
