Zen

Zen

Plot

Film "Zen" mungkin tampak mengikuti alur fiksi sejarah, menceritakan peristiwa seputar kehidupan dan ajaran Eihei Dogen, seorang biksu Jepang yang merevolusi tradisi Buddha di Jepang selama abad ke-13. Namun, ini bukanlah penceritaan biografi kehidupan Dogen, melainkan representasi fiksi dari prinsip-prinsip yang ia anut. Narasi berpusat pada Tarozaemon, seorang biksu Buddha muda dari keluarga terkemuka, yang memulai perjalanan berbahaya ke Tiongkok untuk mencari pengetahuan tentang seni mistik Zen. Tarozaemon, meskipun awalnya didorong oleh keinginan untuk meningkatkan status spiritual keluarganya, mulai menyadari dampak mendalam dari ajaran Buddha Tiongkok pada persepsinya sendiri tentang realitas. Setibanya di Tiongkok, Tarozaemon menjadi sangat terlibat dengan ajaran seorang Guru yang dihormati yang mengajarinya dasar-dasar Zazen: postur meditatif duduk diam, memungkinkan pikiran untuk melampaui batasan dunia material. Tarozaemon mulai mempelajari lebih dalam alam Zazen dan akhirnya menarik perhatian Gurunya, yang memutuskan untuk menobatkannya sebagai biarawati muda bernama Choji. Saat Tarozaemon memulai jalan yang dipenuhi dengan disiplin spiritual dan kekakuan pertapa, ia mulai mempertanyakan hakikat realitas dan batasan persepsi manusia. Pengalaman spiritualnya yang baru membawanya ke alam wawasan mendalam, di mana dikotomi diri dan dunia luar menjadi semakin kabur. Sementara itu, kembali di Jepang, Dogen digambarkan sebagai seorang biksu muda yang ambisius yang merasa semakin kecewa dengan dogma dan praktik yang kaku yang berlaku di dalam sekte Buddha Jepang yang ada. Ia melihat ajaran Guru yang telah menobatkan Tarozaemon sebagai sarana untuk mencapai pembebasan spiritual dan, setelah mengetahui tentang pengalaman Tarozaemon, ia termotivasi untuk berbagi prinsip-prinsip mendalam ini dengan sesama biksu Jepang. Sekembalinya Tarozaemon ke Jepang, ia mulai mengajari teman barunya Dogen tentang prinsip-prinsip Zazen, serta prinsip-prinsip spiritual yang telah ia pelajari dari Gurunya di Tiongkok. Terinspirasi oleh kisah Tarozaemon dan keinginannya sendiri untuk melepaskan diri dari dogma konvensional yang mengatur ordonya, Dogen menjadi semakin terpikat oleh visi bentuk praktik Buddha yang baru dan lebih otentik yang menekankan realisasi individu dan pencapaian Kebuddhaan dalam diri sendiri. Visi Dogen memicu konflik internal yang membuka jalan bagi kepergiannya dari ordo yang mapan. Bersama dengan Tarozaemon dan sekelompok pengikut yang semakin kecewa, Dogen memulai jalan yang akan mengarah pada pembentukan Sekolah Zen Soto, sebuah tradisi spiritual yang didasarkan pada prinsip-prinsip yang telah ia pelajari dari Gurunya di Tiongkok dan jam-jam meditasi dan introspeksi yang tak terhitung jumlahnya yang telah ia jalani bersama Tarozaemon. Film ini mencapai puncaknya ketika Dogen dan rekan-rekan musafirnya menetap di pedesaan Jepang, tempat mereka membangun kuil sederhana, dan memulai misi mereka untuk menyebarkan ajaran Zazen kepada mereka yang mau mendengarkan. Sepanjang narasi, kamera sering beralih ke gambar-gambar pemandangan Tiongkok dan Jepang yang tenang namun kuat, menciptakan metafora visual untuk perjalanan transformatif yang membawa karakter dan penonton menuju pengalaman ketiadaan (satori), di mana semua dualitas menghilang, dan keadaan kesadaran yang mendalam, sering disebut sebagai "kemikian," atau esensi realitas menjadi dapat diakses. Melalui eksplorasi sinematik esensi Zazen ini, film ini mengajak penonton untuk menjelajahi potensi pertumbuhan spiritual mereka sendiri, mengundang mereka untuk mengalami kekuatan transformatif dari ajaran Dogen pada tingkat yang dalam, dan terkadang belum dipetakan. Saat film berakhir, ia meninggalkan refleksi yang menarik tentang kekuatan abadi dari visi Dogen, yang, berabad-abad setelah masanya, terus menginspirasi dan menerangi para pencari spiritual hingga hari ini.

Zen screenshot 1
Zen screenshot 2

Ulasan