Ziam

Ziam

Plot

Dalam film pasca-apokaliptik, Ziam, dunia telah hancur oleh peristiwa dahsyat yang mengubah orang menjadi zombie, didorong oleh rasa lapar yang tak terpuaskan akan daging manusia. Jalanan yang dulunya ramai kini sunyi senyap, dipenuhi dengan sisa-sisa peradaban yang telah dihancurkan oleh wabah. Dengan latar belakang kekacauan dan keputusasaan ini, seorang petarung Muay Thai muda, yang namanya tidak disebutkan secara eksplisit dalam film, bangkit untuk menyelamatkan satu-satunya orang yang dicintainya. Petarung ini, yang telah mengasah keterampilannya di jalanan, mendapati dirinya berada di tengah-tengah rumah sakit yang penuh dengan zombie, tempat para mayat hidup berkeliaran dengan bebas dan orang-orang yang hidup terpaksa berjuang untuk hidup. Saat protagonis kita menavigasi lanskap rumah sakit yang berbahaya, dia dihadapkan dengan segudang tantangan yang menguji tekad dan keterampilannya. Mulai dari menghindari gerombolan zombie yang kelaparan hingga menangkis para penyintas lain yang berniat mengambil sisa-sisa kemanusiaan untuk diri mereka sendiri, petarung tersebut harus menghadapi aspek tergelap dari sifat manusia untuk menyelamatkan orang yang dia sayangi. Sepanjang film, suasananya terasa berat dengan ketegangan dan kegelisahan, karena petarung harus terus waspada terhadap tanda-tanda bahaya. Sinematografinya tajam dan tanpa ampun, dengan fokus pada realitas keras dari kiamat zombie. Warnanya diredam, dengan dominasi warna abu-abu dan cokelat yang mencerminkan kesuraman dunia. Saat petarung berjuang melewati rumah sakit, dia mulai menyadari bahwa zombie bukanlah satu-satunya bahaya yang dia hadapi. Beberapa pasien yang selamat, yang menjadi gila karena trauma yang mereka alami, menjadi sama mematikannya dengan mayat hidup. Petarung harus menggunakan semua akal dan keterampilan bertarungnya untuk membedakan antara teman dan musuh, sambil tetap fokus pada tujuan utamanya untuk menyelamatkan kekasihnya. Salah satu aspek yang paling mencolok dari Ziam adalah penggambaran kondisi manusia dalam menghadapi keruntuhan dahsyat. Saat petarung menavigasi reruntuhan rumah sakit, dia menemukan berbagai adegan kekacauan dan keputusasaan, mulai dari pasien yang diteror oleh zombie, hingga staf medis yang berjuang untuk mempertahankan sedikit ketertiban di tengah kekacauan yang luar biasa. Dalam satu adegan yang sangat mengerikan, petarung menemukan sekelompok pasien yang terkunci di dalam ruangan, dikelilingi oleh zombie yang telah menerobos pintu dan jendela. Para pasien, yang terjebak dan tak berdaya, terpaksa menyaksikan orang-orang yang mereka cintai dimakan oleh mayat hidup, jeritan dan tangisan mereka bergema di koridor rumah sakit. Adegan ini, dan yang lainnya seperti itu, berfungsi sebagai pengingat yang jelas tentang kekejaman yang dilakukan dalam menghadapi krisis dan keputusasaan. Zombie, yang sering digambarkan sebagai makhluk tanpa pikiran, di sini digambarkan sebagai manifestasi dari aspek tergelap dari sifat manusia, cerminan dari kekacauan dan kehancuran yang terjadi ketika masyarakat runtuh. Terlepas dari kesuraman dunia, petarung tetap menjadi suar harapan, simbol ketahanan dan tekad dalam menghadapi kesulitan yang luar biasa. Saat dia berjuang melewati rumah sakit, dia didorong oleh fokus tunggal untuk menyelamatkan orang yang dicintainya, dan dengan melakukan itu, dia menjadi pengingat bahwa bahkan di saat-saat tergelap sekalipun, selalu ada secercah cahaya yang dapat digunakan untuk membimbing kita maju. Pada akhirnya, Ziam adalah film tentang kekuatan cinta dan semangat manusia, dan sejauh mana kita akan berusaha untuk melindungi orang-orang yang kita sayangi. Di dunia yang telah hancur oleh kiamat zombie, protagonis kita berdiri sebagai bukti kekuatan abadi dari hubungan manusia, dan komitmen yang tak tergoyahkan kepada orang-orang yang kita cintai yang mendefinisikan kita sebagai individu.

Ziam screenshot 1
Ziam screenshot 2

Ulasan