Dear Evan Hansen

Plot
Evan Hansen, seorang siswa SMA yang canggung secara sosial dan berjuang dengan kecemasan sosial, mendapati dirinya terjerat dalam jaringan kebohongan setelah hidupnya mengalami perubahan tak terduga. Ketika Connor Murphy, seorang teman sekelas yang dikenal populer dan karismatik, tiba-tiba bunuh diri, keluarga dan teman-temannya terkejut dan putus asa mencari jawaban. Salah satu teman Connor, Cynthia, menemukan serangkaian surat tulisan tangan yang ditulis Evan untuk dirinya sendiri sebagai mekanisme mengatasi kecemasannya. Surat-surat itu seharusnya bersifat pribadi, tetapi secara tidak sengaja sampai ke tangan Cynthia. Di antara surat-surat itu, terdapat sebuah surat yang diduga ditulis Connor kepada Evan, yang mengungkapkan kekaguman dan rasa terima kasihnya atas persahabatan mereka yang tidak mungkin. Cynthia, yang putus asa untuk terhubung dengan mendiang putranya, keliru percaya bahwa surat ini adalah bagian dari pesan terakhir Connor untuk keluarganya. Cynthia menyerahkan surat itu kepada suaminya, Larry, dan dia, pada gilirannya, membagikannya kepada putri mereka, Zoe. Mereka yakin bahwa surat itu adalah bukti perjuangan putra mereka dan hubungan dekatnya dengan Evan, persahabatan yang hanya sedikit mereka ketahui selama hidup Connor. Tanpa sepengetahuan Evan, keluarga itu mulai memperlakukannya dengan welas asih dan simpati, percaya bahwa dialah yang menjadi sumber dukungan bagi putra remaja mereka yang bermasalah. Evan, yang awalnya merasa rendah hati dengan perhatian dan perhatian itu, secara bertahap terlibat dalam jaringan kebohongan. Dia mulai berpura-pura menjadi teman yang diyakini keluarga Connor sebagai dirinya, menciptakan persona baru yang tidak bisa dia lepaskan. Saat dia terus menjalani kebohongan itu, Evan mendapati dirinya mengalami rasa memiliki yang belum pernah dia rasakan sebelumnya. Dia juga menyadari bahwa dia dapat menggunakan persona baru ini untuk mendapatkan penerimaan, cinta, dan hubungan dengan teman-temannya. Cynthia dan Larry, yang ingin mempertahankan kenangan tentang putra tercinta mereka, menyambut Evan ke rumah mereka sebagai "keponakan" mereka dan mendorongnya untuk membantu mereka mengingat Connor melalui cerita dan kenangan yang dibagikan. Evan, yang terpecah antara mempertahankan fasadnya dan mengungkapkan kebenaran, mendapati dirinya terjebak dalam siklus penipuan. Dia menjadi semakin bergantung pada keluarga Murphy, membentuk ikatan dengan mereka yang belum pernah dia alami sebelumnya. Saat Evan menavigasi peran barunya, dia mendapati dirinya terlibat secara romantis dengan Zoe, yang memiliki kerentanan dan sensitivitas yang serupa. Hubungan Zoe dengan kenangan Connor dan kasih sayangnya yang tulus kepada Evan menciptakan rasa keaslian dalam hidupnya, sehingga semakin sulit baginya untuk mempertahankan fasadnya. Sementara itu, teman sekelas Connor, Alana, yang awalnya menjadi bagian dari grup dan berbagi hubungan dekat dengan Connor, mulai melihat ketidakkonsistenan dalam cerita Evan dan mulai menyelidiki kebenaran. Seiring berjalannya cerita, jaringan kebohongan Evan menjadi semakin kompleks. Dia dipaksa untuk menghadapi iblis batinnya, menyadari bahwa kebutuhannya akan penerimaan dan kepemilikan membuatnya mengkhianati kepercayaan orang-orang di sekitarnya, termasuk keluarga Connor. Taruhannya meningkat ketika penyelidikan Alana menempatkan Evan pada risiko terungkap, mengancam akan menghancurkan ilusi yang telah dia bangun dengan susah payah. Pada akhirnya, Evan dihadapkan oleh dengan bukti penipuannya yang tak terbantahkan. Evan akhirnya melepaskan diri dari kebohongan itu, dan keluarga Murphy dipaksa untuk menghadapi kenyataan perjuangan putra mereka dan kesedihan mereka sendiri. Film ini diakhiri dengan Evan merenungkan perjalanannya, mengakui kerugian yang disebabkan oleh penipuannya, dan mengakui perlunya mengakui kesalahannya. Dia mulai mengevaluasi kembali hubungannya, termasuk dengan Zoe dan teman-teman sekelasnya yang lain, mengambil langkah pertama menuju penyembuhan dan penebusan.
Ulasan
Rekomendasi
